Jadi Setelan Pria Saat Lebaran, Ini Sejarah Baju Koko

0
Baju Koko
Sumber Foto: Pinterest

Para bapak-bapak, pria dewasa, remaja hingga anak-anak sepertinya selalu memakai baju koko saat merayakan Hari Raya Idul Fitri.

Yaa.. walaupun sebagian hanya memakainya saat sholat Idul Fitri saja, namun baju ini rasanya selalu dicari saat Hari Raya Idul Fitri tiba.

Nah, sebelum membahasnya lebih lanjut, kira-kira kalian tahu tidak bagaimana sejarah baju koko ini?

Asal Usul Baju Koko

Baju Koko ini rupanya terinspirasi dari baju tradisional kaum Tionghoa di Indonesia. Baju koko merupakan baju tradisional masyarakat Tionghoa secara turun temurun, yang dikenal dengan nama Tui-Khim.

Hingga awal abad ke-20, pria Tionghoa masih menggunakan busana Tui-Khim dan celana bermodel longgar untuk kegiatan sehari-hari.

Masyarakat Betawi mengenal baju tersebut dengan sebutan baju Tikim, yakni bukaan di tengah dengan lima kancing. Masyarakat Betawi biasanya memadukan baju koko dengan celana batik.

Mirip Piama Orang Cina

Dalam novel karya budayawan Indonesia, Remy Sylado berjudul ‘Novel Pangeran Diponegoro: Menuju Sosok Khilafah’ yang diterbitkan pada 2008 itu, Remy menjelaskan asal muasal penyebutan baju koko dari baju Shi-Jui yang mirip piama dan dipakai oleh orang Cina.

“Baju logro bahan sutra putih yang biasanya disebut shi-jui. Karena yang memakainya dipanggil engkoh-engkoh, yakni sebutan umum bagi lelaki Cina yang lebih tua, maka baju ini pun disebut baju engkoh-engkoh. Dieja bahasa Indonesia sekarang menjadi baju koko,” demikian tulisan novel karya Remy.

Diciptakan Sunan Kalijaga

Menurut versi lain, sejarah baju koko berasal dari baju tradisional Jawa. Namanya Surjan. Baju ini dipercaya “nenek moyang” baju koko di Nusantara.

Surjan berasal dari kata “Su” dan “ja” yakni nglungsur wontern jaja (meluncur melalui dada), sehingga bentuk depan dan belakang memiliki panjang yang sama.

Salah satu ciri khas baju koko yakni berkerah tegak dengan lengan panjang mirip jas Jawa. Konon juga busana ini diciptakan Sunan Kalijaga.

Model Surjan Jawa mulanya berlengan pendek, tapi Sunan Kalijaga memodifikasinya memanjangkan lengannya menjadi ‘baju takwa’. Sesuai dengan namanya, baju ini memang biasanya digunakan untuk acara keagamaan.

 

KA For GAEKON