Gaekon.com – Indonesia menjadi salah satu negara yang kaya akan budaya. Salah satunya adalah ragam tarian daerah yang memiliki ciri khasnya masing-masing.
Setiap daerah memiliki tarian khas yang menggambarkan budaya daerah masing-masing. Dengan setiap suku bangsa di Indonesia memiliki tarian khasnya sendiri, hingga saat ini terdapat lebih dari 3000 tarian asli Indonesia yang dapat dipelajari melalui Ensiklopedia Mini : Tari-tarian Nusantara.
Kali ini GAEKON akan membahas soal tarian khas Maluku Utara, Ternate yang biasanya dilakukan untuk memanggil jin, tarian tersebut adalah Salai Jin.
Salai Jin
Tari Salai Jin termasuk salah satu ritual adat yang memiliki nilai tradisi dan filosofi yang tinggi. Tari Salai Jin dianggap sebagai tarian yang punya nilai magis yang digunakan untuk berkomunikasi dengan bangsa jin.
Tari Salai Jin juga merupakan sebuah tari pengembangan dari gerakan tradisional yang dibuat menjadi Tari Salai Jin, Tari Cingeri, dan Tari Dana-dana yang menggunakan iringan musik rababu, suliang, rabano, serta tifa.
Salai jin juga merupakan sebuah tarian muda-mudi yang menggambarkan makna tentang pengobatan secara tradisional dengan cara memanggil roh-roh halus untuk menyembuhkan orang sakit.
Bahkan tradisi memanggil jin lewat Tari Salai Jin bisa digelar jika ada masalah dalam keluarga seperti jodoh dan percintaan, tujuannya tentu agar mendapat solusi dari jin.
Sejarah
Jauh sebelum masyarakaik Ternate beragama Islam yang dibawa oleh pedagang rempah dari Sumatra dan Jawa, masyarakat meganut animisme dan dinamisme.
Kepercayaan terhadap leluhur itu terlihat dari ritual-ritual adat yang melakukan komunikasi dengan leluhur mereka. Masyarakat tersebut percaya bahwa terdapat kehidupan lain yang memiliki kekuatan yang berbeda ketika melakukan ritual tari Salai Jin.
Dulunya tarian ini diturunkan dari nenek moyang orang Ternate. Pada mulanya, tarian ini tidak boleh ditarikan oleh sembarang orang. Tarian ini hanya boleh dilakukan oleh orang-orang tertentu seperti dukun atau orang pintar.
Namun seiring perkembangan zaman, tairan ini mengalami modifikasi sehingga menjadi atraksi pariwisata unggulan di Ternate. Selain itu pada zaman dahulu, harus ada kemenyan yang dibakar untuk melakukan tarian ini.
Saat ini penggunaan kemenyan sudah jarang dan mulai diganti dengan arang dari tempurung kelapa. Pakaian para penari pun sudah mengikuti perkembangan zaman dengan menggunakan warna yang mencolok.
Proses Tradisi Memanggil Jin
Penari dalam tarian ini berjumlah genap, baik laki-laki ataupun perempuan yang menari secara berkelompok.
Tradisi ini diawali dengan penari yang dimasuki oleh jin atau roh halus ke dalam dirinya. Tanpa alas kaki, mereka akan mulai secara perlahan masuk ke arena tari dengan tubuh yang terasa berat oleh pengaruh jin.
Penari wanita akan membawa wadah yang berisi kemenyan atau arang yang dibakar. Mereka melakukan gerakan tari diiringi dengan iringan tifa, gong dan ucapan Bobeto, sebuah mantra yang menggunakan bahasa asli Tidore.
Penari laki-laki akan menyambut dan bergabung dengan penari perempuan yang datang. Selain membawa kemenyan atau arag, penari perempuan juga membawa daun palem kering yang berguna sebagai pelindung dari roh jahat.
Puncak dari tarian ini ketika penari perempuan sudah tidak dapat mengendalikan dirinya lagi karena pengaruh roh halus dan menggerakkan badannya mengikuti irama musik tari.
Nilai magis jadi daya tarik
Tarian ini telah menjadi bagian dari pertunjukan untuk menyambut tamu-tamu penting yang datang, atau di festival bertaraf internasional.
Walaupun kehadiran jin dan proses kemasukan roh halus di tubuh para penari sudah jarang terjadi, namun kondisi magis tetap dipertahankan dengan musik, mimik wajah, dan gerakan para penari yang menyiratkan hal mistis.
Hal ini masih dipertahankan karena para penari menyadari bahwa daya tarik tarian ini memang ada di nilai kemagisannya yaitu tradisi memanggil jin.
KA For GAEKON