BAHAYA PRODUKSI HAND SANITIZER SENDIRI

0
BAHAYA PRODUKSI HAND SANITIZER SENDIRI

Gerakan rajin mencuci tangan guna mencegah penularan Corona Virus Disease (Covid-19) ini menghabiskan banyak stok handshop dan hand sanitizer. Bagaimana tidak ? Dua barang tersebut sudah menjadi barang langka. Kalaupun masih ada stok mereka kebanyakan mematok dengan harga yang lumayan mahal dari biasanya.

Beberapa toko dan swalayan kehabisan stok hand sanitizer. Padahal di momen seperti ini hand sanitizer menjadi kebutuhan wajib yang harus dibeli. Hand sanitizer dapat menggantikan posisi handshop ketika keadaan kita sedang berada diluar ataupun di jalan.

Hal inilah yang membuat masyarakat banyak membuat hand sanitizer sendiri. Mereka meracik sendiri dengan bahan – bahan seadanya. Karena sudah sangat takut tertular, alhasil mereka seringkali tidak mempertimbangkan bahaya dari penggunaan bahan tersebut.

Dekan Falkutas Kedokteran Universitas Indonesia periode 2017-2021, Prof. Dr. dr. H. Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH MMB FINASIM FACP, mengatakan, ketika seseorang tidak paham cara membuat hand sanitizer yang benar, hal ini justru akan mengakibatkan terbakar.

“Alkohol 96 persen itu mudah terbakar. Sulut saja dengan rokok, meledak itu,” kata Ari saat dihubungi oleh wartawan.

Bahan-bahan yang digunakan untuk hand sanitizer ini, sebagaimana rekomendasi dari WHO, antara lain alkohol 96 persen, H202 tiga persen, glycerol, dan aquadest. Namun, Ari mengatakan alkohol 96 persen dan H2O2 merupakan barang-barang yang mudah terbakar.

“Itu barang berbahaya,” Tambah Ari.

Oleh sebab itu, Ari mengimbau kepada masyarakat untuk tidak membuat hand sanitizer sendiri. Niatnya memang baik, karena hasil produksi tersebut tidak jarang dibagikan ke orang lain. Namun justru akan berbahaya bagi dirinya sendiri.

Banyak yang menyebut untuk memproduksi hand sanitizer sendiri ini bahannya menggunakan alkohol 96 persen, isoprpyl alkohol 99 persen, maupun ethanol 96 persen. Namun, dari pihak Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), menyebut bahwa penggunaan alkohol untuk hand sanitizer tidak boleh jenis sembarangan.

Peneliti Kimia dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Dr. Joddy Arya Laksmono menjelaskan, tidak disarankan untuk membuat hand sanitizer menggunakan alkohol dengan konsentrasi di atas 70 persen. Menurutnya, hal tersebut dapat menyebabkan iritasi bagi kulit.

“Untuk alkohol yang digunakan sesuai standar Badan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah yang memiliki konsentrasi minimal 70 persen dan ditambahkan ke dalam campuran hand sanitizer juga dengan komposisi 70 persen,” ujar Joddy saat dihubungi wartawan.

“Penggunaan alkohol dengan konsentrasi lebih dari 70 persen tidak disarankan, karena ada kemungkinan akan menimbulkan iritasi pada kulit,” lanjut dia.

Sementara itu, pembuatan hand sanitizer sendiri sebenarnya boleh dilakukan selama pembuat menggunakan bahan-bahan yang sesuai dan termasuk kategori bahan farmasi/kosmetik.

“Takaran dan konsentrasi bahan-bahan yang digunakan mesti disesuaikan dengan anjuran untuk penggunaan hand sanitizer,” kata Joddy.

Namun, ia mengimbau agar masyarakat yang ingin membuat hand sanitizer sendiri perlu cermat dengan komposisi dari campuran bahan tersebut, agar tidak membahayakan diri sendiri. Karena akhir – akhir ini sudah banyak beredar tangan terbakar hanya karena membuat hand sanitizer sendiri.

Melansir dari Kompas.com, sejumlah foto yang beredar di media sosial (medsos), menunjukkan dua tangan melepuh terbakar. Api bersumber dari kompor yang menyala saat si korban mengolesi kedua tangannya dengan cairan anti virus corona tersebut. Belum ada konfirmasi jelas siapa korban dan apa benar dia terbakar setelah memakai hand sanitizer.

Sebuah peristiwa yang hampir sama terjadi di Amerika Serikat, Portland. Hand sanitizer yang dikombinasikan dengan listrik statis ternyata berpotensi menimbulkan api. Hal ini dialami oleh seorang anak penderita kanker ginjal berusia 11 tahun, Ireland Lane.

Ireland dilarikan ke Rumah Sakit Anak Doernbecher di Portland, Amerika Serikat, setelah mengalami cedera kepala akibat terbentur saat mendapati dirinya terbakar.

Ireland menderita luka bakar dari pusar hingga dagunya, serta beberapa bagian di tangan dan telinganya. Api muncul akibat listrik statis saat dikombinasikan dengan hand sanitizer yang digunakan Ireland untuk membersihkan meja di dekat tempat tidurnya,

Bahan yang perlu diperhatikan dalam pembuatan hand sanitizer hendaknya perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Bahan-bahan yang digunakan apakah sudah sesuai dengan bahan farmasi/kosmetik.

2. Komposisi bahan agar sesuai dengan yang dianjurkan sebagai hand sanitizer.

3. Alkohol yang digunakan hendaknya memiliki standar food grade, karena apabila tidak akan menimbulkan iritasi.

4. Patuhilah protokol pembuatan hand sanitizer untuk kebaikan bersama.

Terkait hal tersebut, Joddy juga menjelaskan, bahan dasar pembuatan hand sanitizer adalah surfaktan, emulsion gel agent, glycerine, dan alkohol. Namun dapat menambahkan aroma hand sanitizer dengan menggunakan pewangi alami.

“Standar penggunaan bahan tersebut juga dapat dilihat di Famrmakopeae Indonesia sebagai acuan bahan-bahan standar farmasi/kosmetik,” kata Joddy.

Untuk bahan-bahan yang sesuai standar, Joddy menyontohkan yakni surfaktan bisa kita gunakan bahan sejenis surfaktan berbahan dasar alam, seperti poliol atau poliglikol.

Kemudian, untuk emulsion gel agent dapat menggunakan senyawa amina tentunya dengan komposisi yang kecil. Sementara, untuk bahan alkohol yakni memiliki konsentrasi minimal 70 persen.

Proses pembuatan hand sanitizer juga tidak semudah yang dibayangkan. Dibutuhkan tingkat ketelitian yang tinggi ketika mencampurkan bahan-bahan untuk menghasilkan hand sanitizer dengan kandungan alkohol yang tepat dan bebas dari kuman.

Selain itu, uang yang dibutuhkan untuk membeli alat dan bahan pembuat hand sanitizer ini juga tidak sedikit. Maka dari itu sebenarnya masih lebih baik membeli hand sanitizer yang kandungannya sudah jelas disetujui pemerintah.

Jika harganya memang terlalu mahal, tidak masalah. Penggunaan hand sanitizer ini juga tidak diharuskan. Mencuci tangan dengan air dan sabun justru terbukti lebih efektif untuk membunuh kuman penyakit. Jika belum bisa menemukan tempat untuk mencuci tangan, cukup jaga agar tangan tidak menyentuh wajah sampai kita mencuci tangan.

KL For GAEKON