Harta atau Nyawa?

0
Harta atau Nyawa?

Gaekon.com – Harta atau nyawa! Jika membaca ini, apa yang teringat oleh GAEKONers? Mungkin yang muncul pertama dalam ingatan, adalah kata yang diucapkan oleh tukang todong, atau rampok dalam cerita komik jaman dulu.

Artinya, ya benar-benar seperti yang tertulis. Yang ditanya (korban) disuruh memilih, antara kehilangan nyawa, atau harta (barang berharga).

Kalau mau dibilang, sebenarnya ini hanyalah psywar yang dipakai pelaku untuk menakut-nakuti korbannya. Tentunya tujuan awal pelaku adalah mengincar harta.

Si korban diancam bakal kehilangan nyawa bila menolak memberikan hartanya. Tentu ini dengan asumsi bahwa nyawa adalah sesuatu yang tak ternilai harganya.

Namun, dalam kenyataannya, toh ada saja yang nekad mempertahankan properti miliknya. Yang melakukan demikian, mungkin berpikir bahwa si pelaku kejahatan tak serius dengan ancamannya.

Hasilnya juga beragam. Ada yang korbannya dibacok beneran, dan pernah pula pelakunya yang kabur ketakutan.

Jadinya seperti pertaruhan, walau tentu tak sebanding bila seutas nyawa dipadankan dengan beberapa lembar rupiah, kartu kredit serta ponsel keluaran terbaru yang belum lunas cicilannya.

Sama seperti yang sedang dihadapi pemerintah Indonesia di saat pandemi Corona ini. Harus memilih antara harta atau nyawa.

Isu inilah juga yang santer beredar awal virus Covid-19 masuk ke Indonesia. Memilih Lockdown, atau opsi yang lain.

Dampaknya, tentu kembali lagi ke harta atau nyawa. Salah satu kutipan saat itu, adalah pernyataan Presiden Ghana Nana Addo Dankwa Akufo-Addo, bahwa ekonomi bisa dihidupkan kembali, namun tidak demikian dengan nyawa.

Benarkah demikian? Coba kita lihat data sejenak. Minggu kedua Mei ini, ada 15 ribu lebih kasus positif Corona di Indonesia, atau sekitar 0,005% dari total populasi +62, 260 juta lebih jiwa.

Namun, mungkin sudah mempengaruhi hampir lima puluh persen ekonomi negara kita. Belum lagi bila kita menghitung dampak ke depannya.

Entah sudah berapa miliar dan triliun yang dialokasikan untuk penanganan Corona.

Tapi, masih banyak yang menjerit karena sudah terkena gejala ‘kanker’ alias kantong kering, entah karena di-PHK, dirumahkan, atau sepi usahanya.

Jadi, bagaimana pilihan yang bakal diambil pemerintah. Harta? atau Nyawa? Sayangnya, untuk kali ini, memilih “atau” bukanlah sebuah pilihan.

W For GAEKON