Kekuatan mental seseorang sering kali diuji dengan berbagai masalah yang ada. Kejadian – kejadian yang sulit dihadapi seakan membuat mental menjadi teruji. Salah satu contohnya ketika ada teman atau rekan kerja yang membuat hati kesal, dan deadline pekerjaan yang tidak ada habisnya.
Belum lagi masalah di rumah, dengan semua pekerjaan rumah menumpuk, cek cok dengan salah satu keluarga, dan masih banyak lagi. Setiap masalah yang ada tentu akan menguji mental kita secara tidak langsung.
Sebagian orang mengatakan apapun yang dihadapi, mental yang kuat adalah solusinya. Padahal sebenarnya banyak orang salah mengira jika kekuatan mental adalah ketika mampu menghadapi tantangan mental. Atau dengan mudah menangani segala gangguan yang menghadang. Namun, setiap orang memiliki kekuatan mental sampai tingkat tertentu.
Amy Morin adalah psikoterapis, pekerja sosial klinis berlisensi, pelatih kekuatan mental, menemukan bahwa kebanyakan orang tidak sekuat mental yang dimiliki. Hal ini biasanya terjadi karena gagal mempersiapkan diri.
Jika ingin membangun kekuatan mental yang diperlukan untuk mencapai potensi terbesar, maka perlu menciptakan gaya hidup yang membantu untuk mencapainya. Serta berupaya menghilangkan hambatan yang menguras kekuatan mental.
Berdasarkan pengamatan GAEKON dari laman Business Insider, Berikut adalah enam penyebab kenapa kita tidak memiliki mental yang kuat.
- Tidak Membatasi Diri
Penyebab tidak bisa memiliki mental yang kuat, yaitu tidak membatasi diri kita. Akan menjadi sangat baik apabila kita bisa dikelilingi orang-orang yang memberikan aura positif, tetapi hal ini tidak realistis. Pasti ada anggota keluarga yang mengkritik atau rekan kerja yang terus menerus memaksakan kehendak. Energi yang dikeluarkan akan menguras mental dengan cepat.
Tetapi di sisi lain juga merasa masih butuh dengan hal-hal tadi. Sebenarnya tidak perlu menghilangkan sepenuhnya, kita dapat menetapkan batas dengan cara menghindari percakapan yang tidak produktif.
Kemudian mengatakan tidak kepada seseorang yang meminta untuk meminjam sesuatu, atau menolak undangan ke acara yang tidak ingin dihadiri.
Membuat batasan yang sehat memastikan bahwa waktu dan energi mengarah ke hal-hal yang baik dan orang yang paling dihargai. Dan hal itu akan membantu tetap kuat secara mental saat bekerja menuju tujuan.
- Percaya Bahwa Otak Dapat Bekerja Lebih Dari Yang Seharusnya
Otak sangat suka saat kita berada di zona nyaman. Tetapi ingat bahwa otak bisa berbohong. Kita sebenarnya lebih kuat dari yang dikira. Jika ingin tumbuh lebih kuat, maka harus menerima bahwa kita lebih mampu dan kompeten daripada yang diberikan otak yang berarti melangkah keluar dari zona nyaman ketika tidak ada jaminan kesuksesan.
Perlu diingat bahwa kita lebih mampu menangani kegagalan daripada yang disadari. Meskipun gagal terasa buruk, cukup berupaya dengan ulet untuk menangani saat ketidaknyamanan datang.
- Menghindari Hal Yang Ditakuti
Mungkin kita pernah berpikir kalau tidak ada rasa takut adalah tanda kekuatan, tetapi ternyata salah. Jika tidak pernah merasa takut, justru kemungkinan besar tidak pernah memaksakan diri untuk melakukan hal-hal yang menantang. Melakukan hal-hal yang sedikit membuat takut justru bisa membuat mental lebih kuat.
Menantang diri untuk melakukan lebih banyak hal akan lebih baik. Dan jangan pernah memikirkan apakah akan berhasil atau tidak. Maka kita akan belajar pelajaran hidup yang berharga dalam proses tersebut.
- Tidak Memperhatikan Emosi
Emosi akan mempengaruhi setiap keputusan yang dibuat. Penelitian menunjukkan bahwa orang memainkannya dengan aman ketika merasa cemas dan lebih cenderung mengambil risiko impulsif saat marah atau malu. Selama proses negosiasi, cenderung kurang puas ketika merasa sedih, karena tidak ingin mengambil risiko ditolak.
Namun sebenarnya justru bagus dengan menghabiskan sedikit waktu untuk memikirkan perasaan. Akibatnya, mungkin tidak memperhatikan bagaimana emosi mengaburkan penilaian. Diam beberapa menit untuk memikirkan bagaimana perasaan sendiri.
Hanya dengan menyebutkan emosi dapat membantu mendapatkan wawasan tentang bagaimana perasaan dapat mempengaruhi cara berpikir dan tindakan yang akan diambil. Memberi label perasaan juga bisa membantu menghilangkan rasa ingin tahu.
- Terlalu Sibuk
Jadwal yang terlalu sibuk ternyata juga dapat mempengaruhi mental. Kesibukan menyisakan sedikit ruang untuk refleksi, pengembangan pribadi, dan pelatihan kekuatan mental. Membangun otot mental sering kali membutuhkan lebih banyak “keberadaan” dan lebih sedikit “melakukan”.
Mempraktikkan perhatian, misalnya, membutuhkan upaya kesadaran diri. Hasilnya tidak akan terlihat secara langsung. Bahkan mungkin merasa bersalah karena tidak “produktif.”
Tetapi setiap orang memiliki ruang dalam kehidupan sibuk mereka untuk menumbuhkan otot mental yang lebih besar, jika kebugaran mental adalah prioritas. Setelah itu, akan menjadi lebih efektif dalam setiap aspek kehidupan.
- Mengonsumsi Media Yang Tidak Sehat
Segala sesuatu hal dari berita yang ditonton maupun dibaca, hingga orang yang diikuti pada media sosial, akan mempengaruhi kebugaran mental. Tetapi kebanyakan pasif tentang apa yang dikonsumsi setiap hari.
Pengguliran berita tanpa akhir dan saluran yang tidak ada artinya dapat menguras kekuatan mental karena beberapa alasan. Penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa berita meningkatkan kecemasan kita.
Membiarkan diri dibombardir oleh berita sepanjang hari dapat menyebabkan fokus pada peristiwa-peristiwa bencana. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa suasana hati cenderung menurun setelah menghabiskan beberapa menit di media sosial.
Seseorang cenderung membandingkan diri dengan orang lain dan menganggap mereka hidup lebih baik daripada kita. Lebih baik ikuti orang-orang inspirasional di media sosial, gunakan aplikasi yang membantu tetap pada kebiasaan yang lebih sehat, dan mengambil kursus online yang membantu mengembangkan pola pikir yang lebih sehat.
KL For GAEKON