Gaekon.com – Bagi seorang kepala keluarga, tak ada itu ceritanya berhenti mencari rejeki demi keluarga. Walau di tengah masa pandemi Corona seperti sekarang. Tanggung jawab sebagai tulang punggung, kadang memaksa mereka untuk terus berjuang.
Seperti yang terjadi di Batam lewat cerita yang dibagikan pengacara kondang terpandang, Hotman Paris. Dia membagikan cerita pilu tentang Ason Sopian yang harus keliling ke rumah-rumah warga sambil menawarkan hapenya yang rusak. Hanya demi jumlah uang sepuluh ribu rupiah, untuk membeli beras agar anaknya tidak kelaparan.
Mungkin ada yang mencibir, dan menganggap hina perbuatan mengemis yang harus dilakukan Ason itu. Namun, dia tak kan peduli apa yang dipikirkan orang, selama kesayangannya di rumah bisa kenyang perutnya.
Itulah kenyataan. Bagi yang tak punya keahlian maupun tenaga, mengemis pun bakal dilakoni dengan menebalkan muka. Namun, tak berarti bahwa mereka yang masih bertenaga dan trampil, tak harus memutar otak agar bisa bertahan.
Simak kisah Suyadi Kholik, seorang tukang cukur keliling asal Surabaya. Sosoknya sempat viral karena dia memakai APD tenaga medis dalam menjajakan jasanya. Penerapan PSBB menyulitkan dirinya yang biasa berkeliling dari kampung ke kampung.
“Susah ditutup semua portalnya saat PSBB. Akhirnya saya menetap di sini. Tapi saya gak bisa menetap lama di sini, karena di sini ada orang yang nempati kalau sore,” kata Suyadi kepada GAEKON, Rabu (13/5).
Suyadi terpaksa alih profesi menjadi tukang potong rambut keliling karena dirumahkan oleh perusahaan tempat ia bekerja. Sebelumnya, Suyadi bekerja sebagai cleaning service di salah satu hotel bintang 5 di Surabaya.
PSBB membuat dirinya dirumahkan sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Akhirnya, dia harus berkeliling menjajakan jasanya, dengan bayaran seikhlasnya. Pada penghujung hari, semuanya demi keluarga.
Hal ini tentu tak dirasakan mereka yang tinggal di rumah gedongan. Tak pula disadari oleh mereka yang nongkrong di warung kopi. Karena PSBB masih belum mengancam nyamannya hidup mereka.
Namun, bagi sosok seperti Ason dan Suyadi, setiap hari adalah perjuangan. Sebelum pandemi dan PSBB, hidup mereka jauh dibawah taraf nyaman. Apalagi sekarang.
Namun, itulah konsekuensi menjadi tulang punggung. Harus berpeluh mengais rejeki demi mereka yang di rumah. Mungkin tak perlu penghargaan, cukup secangkir kopi hitam sebagai pelepas penat.
Semangat terus, hai para tulang punggung! Usaha tak akan menghianati hasil! #suaraGAEKONers
W For GAEKON