Peneliti Katakan, Stres Seseorang Bisa Dideteksi Dari Matanya!

0

Peneliti Katakan, Stres Seseorang Bisa Dideteksi Dari Matanya!

Setiap orang pasti pernah mengalami stres. Rata-rata mereka mengalami stres karena sejumlah masalah yang menumpuk dan tidak berhasil menemukan jalan keluarnya. Biasanya stres bisa ditandai dengan suasana hati yang berubah-ubah.

Pikiran rasanya sudah tidak bisa digunakan untuk berpikir jernih lagi, mudah emosi, hingga tidak tenang melakukan apapun. Gejala-gejala tersebut sudah biasa memang ketika didengar. Studi baru menemukan bahwa mata bisa digunakan untuk mengukur stres seseorang.

Banyaknya tugas atau persoalan hidup seseorang ternyata bisa dilihat dari mata. Seorang asisten profesor teknik sistem industri dan manufaktur di College of Engineering di University of Missouri, Jung Hyup Kim, mengatakan bahwa banyak orang melakukan multitasking dalam hidupnya, namun tidak ada pengukuran kesehatan mentalnya. Oleh karenanya, penelitian ini akhirnya dilakukan.

Penelitian tersebut diterbitkan dalam International Journal of Human-Computer Interaction. Dalam penelitian ini menyebutkan bahwa setiap orang mengalami tingkat stres yang berbeda-beda. Kim dan mahasiswa pascasarjana, Xiaonan Yang melakukan penelitian data untuk berbagai industri seperti komunikator, pekerja kantor, dan pekerja pabrik manufaktur.

Semua data tersebut dikumpulkan untuk mengukur tingkat stres karyawan. Terutama ketika mereka sedang melakukan banyak tugas ataupun pekerjaan yang sulit dan tinggi secara bersamaan. Dalam penelitian ini Kim menggunakan metode teknologi penangkap gerak dan pelacakan mata.

Kim bersama ilmuwan lainnya melakukan perbandingan data dari metrik beban kerja yang dikembangkan NASA untuk para astronotnya. Data metrik tersebut menggunakan pengamatan terhadap respons pupil dari partisipan dalam studi lab.

Menggunakan ruang kontrol pabrik penyulingan minyak dan gas yang disimulasikan, Kim dan Xiaonan menyaksikannya melalui teknologi penangkap gerak dan pelacakan mata, ketika para peserta bereaksi terhadap perubahan yang tidak terduga, seperti alarm, mereka secara bersamaan menonton kinerja alat pengukur pada dua monitor.

Perilaku pencarian mata peserta disebut lebih mudah diprediksi dalam penelitian ini. Namun, ketika tugas menjadi lebih kompleks dan ketika perubahan tidak terduga terjadi, gerak-gerik mata mereka menjadi lebih tidak menentu.

Setelah dianalisis dan dilakukan penelitian lebih lanjut, penelitian laboratorium dan formula yang diterapkan mereka, kejadian ini disebut dengan “dimensi fraktal”. Hubungan negatif antara dimensi fraktal pelebaran pupil dan beban kerja seseorang ditemukan Kim dalam penelitian tersebut.

Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadinya pelebaran pupil akibat dari beban kerja mental seseorang dalam pekerjaan multitasking. Kim dan Xiaonan berharap temuan ini dapat memberikan wawasan yang lebih baik agar para pekerja terhindar dari beban yang berlebihan. Selain itu agar bisa membangun lingkungan kerja yang lebih aman lagi.

Bukan hanya itu saja, temuan ini diharapkan bisa memberikan sinyal kepada para bos untuk menentukan tingkat stres maksimum yang bisa dialami seseorang sebelum mereka lelah, dan sebelum kinerja mereka menjadi tidak maksimal.

“Menjadi hal yang bagus jika orang bisa bekerja dengan sempurna setiap saat, Namun ketika seseorang kelelahan, orang itu akan sering membuat kesalahan. Jadi, jika kita bisa memantau kesejahteraan mental pekerja, maka kita bisa mencegah kesalahan yang bisa saja terjadi.” Kata Kim dikutip dari IDNTimes.

Tidak berhenti sampai disini saja, Kim dan Xiaonan akan melakukan penelitian lebih lanjut yang melibatkan berbagai kelompok umur dan tindakan biometrik tertentu seperti detak jantung, sinyal otak, dan reaksi otot atau saraf.

KL For GAEKON