Penyebab Mengapa Anak Tukang Becak Lulus Sarjana Jadi Berita Heboh Di Negeri Ini

0
Penyebab Mengapa Anak Tukang Becak Lulus Sarjana Jadi Berita Heboh Di Negeri Ini

Gaekon.com – Setahu saya, unusualness atau keluarbiasaan adalah satu dari 11 nilai berita. Segala hal yang terjadi melampaui standar kebanyakan akan dinilai oleh media sebagai berita yang layak untuk dimuat.

Unusualness ini bisa berimbas pada feel pembaca yang rata-rata gumun dan kagum atas keluarbiasaan. Ketidak jamakan akan mengundang respon. ‘Gila ya pohon pisang bisa berbuah dua kali’, ‘Wah kadal ini berkepala dua’, ‘Luar biasa pengusaha ini gelontorkan ribuan paket sembako’, dan sebagainya.

Namun kalau ada berita ‘mantap anak tukang becak ini lulus S1, saya bingung bagaimana caranya kagum akan hal itu. Saya tidak tahu bagaimana cara berbahagia dan berbangga hati bila ada berita macam ini.

Sebab, suara hati Gaekoners saya menilai ada yang salah dengan sistem sosial dan sistem pendidikan kita sehingga anak tukang becak dianggap hal yang luar biasa apabila bisa menamatkan pendidikan di perguruan tinggi.

Kekaguman akan berita itu mengisyaratkan kita punya persepsi bahwa anak tukang becak toh paling jadi apa. Tamat SMA SMK aja sudah syukur banget.

Faktanya memang demikian. Ketidakmerataan akses bagi seluruh warga negara tanpa terkecuali membuat kalangan rakyat bawah sangat sedikit yang mampu kuliah. Boro-boro mau kuliah buat hidup aja susah, nutup utang aja setengah mati.

Saya merasa, selama kita kagum dengan anak tukang becak yang lulus S1 selama itu ada PR yang harus dibenahi di bidang pendidikan. Pemerintah boleh klaim alokasi dana APBN makin tinggi tapi nyatanya masyarakat kurang mampu tidak akan lepas dari lingkaran setan.

Bapak pemulung, anak juga jadi pemulung. Bapak tukang becak, toh juga anak ikut mbecak. Bapak buruh tani, nasib anak tak jauh-jauh amat dari sang bapak.

Dahulu saat kecil saya pernah bercita-cita jadi pelukis, lalu saya ditertawakan. Nasib lebih parah dialami sepupu saya. Dia bercita-cita jadi tukang jual air keliling dan tawa untuknya jauh lebih kencang dibanding saya.

Ketika dewasa, saya jadi tahu mengapa pekerjaan-pekerjaan itu ditertawakan.

 

K For GAEKON