Warna bola mata masyarakat Indonesia umumnya adalah gelap. Namun jangan salah. Ada suku asli Indonesia yang ternyata memiliki warna bola mata biru cerah, hlo Gaekoners. Suku tersebut adalah Suku Buton yang merupakan kelompok etnis yang menempati wilayah Kepulauan Buton, Sulawesi Tenggara. Ibukota Kepulauan Buton adalah Bau-bau dan memiliki jumlah penduduk mencapai 255.712 jiwa. Tak hanya di Kepulauan Buton, suku ini juga tersebar di beberapa wilayah seperti Maluku Utara, Kalimantan, Riau, dan Papua.
Warna Mata yang Eksotis
Warna mata Suku Buton memang sering kali mencuri perhatian. Mereka memiliki warna mata biru berkilau di antara warna kulit coklat mereka. Namun dibalik mata biru mereka, hal ini ialah sebuah sindrom. Penyakit langka ini disebut dengan Sindrom Waardenburg. Kelainan ini bersifat autosomal yang ditandai dengan gangguan pendengaran. Tak hanya itu, kelainan pigmen pun juga terjadi pada penderita sindrom ini. Penderita akan memiliki warna mata, kulit, dan rambut yang terlihat berbeda dari umumnya. Penderita dapat memiliki mata kanan berkilau biru dan mata kiri nampak coklat atau keduanya berwarna biru.
Penelitian menyebutkan bahwa Sindrom Waardenburg terjadi karena mutasi gen. Mutasi genetik ini mempengaruhi melanosit atau jenis sel kulit. Kelainan sindrom ini merupakan bawaan sejak lahir. Pengidapnya terjadi pada 1 banding 42.000 orang. Bahkan penderita yang memiliki warna mata biru belum tentu memiliki keturunan yang bermata biru juga.
Asal Usul Suku Buton
Nenek moyang Suku Buton termasuk dalam ras Deutro Melayu. Penyebaran suku ini dimulai dari daratan Asia melalui Annam, Tonkin, Indo Cina, Kamboja, dan terus ke Asia Tenggara Kepulauan. Berdasarkan cerita rakyat setempat mengenai asal usul nenek moyang Suku Buton, konon penduduk Kesultanan Buton adalah turunan dari 4 orang tokoh pertama yang datang ke Pulau Buton dari Semenanjung Johor di Malaka pada abad ke-13. Empat tokoh tersebut adalah Sipanjonga, Sitamanajo, Sijawangkati, dan Simalui.
Masyarakat setempat bercerita bahwa pemukiman pertama keempat tokoh pendiri Kerajaan Buton berada di daerah Kalampa, Desa Katobengke, Bau-bau. Daerah inilah yang dipercaya sebagai cikal bakal wilayah Kesultanan Buton. Mereka membabat ilalang dan mendirikan tempat tinggal. Proses ini disebut dengan “Welia” yang kemudian berubah menjadi Wolio, dan berkembang menjadi Kerajaan Buton-Wolio.
Kerajaan Buton-Wolio kemudian bergabung dengan Kerajaan Tobe-tobe yang ada di timur. Kerajaan ini semakin lama semakin berkembang dengan berdirinya pemukiman baru di sekitar Kalampa dan Wolio. Pemukiman ini kemudian berkembang menjadi kampung yang dikenal dengan Kampung Gundu-gundu dan Barangkatopa. Selanjutnya dibentuklah dua kampung, yaitu Peropa dan Baluwu. Pemimpin-pemimpin kampung tersebut kemudian diangkat menjadi menteri (bonto). Para bonto ini kemudian membentuk lembaga pemerintahan yang disebut patalimbona. Pemerintahan ini pun terus mengalami perkembangan seiring dengan berkembangnya wilayah kekuasaan Kerajaan Buton.
Budaya Kande-kandea
Mayoritas Suku Buton memeluk agama Islam. Hal ini membuat tradisi dan budaya suku ini dipengaruhi oleh tradisi Islam. Salah satu tradisi yang populer dari suku ini dan masih dilakukan hingga sekarang adalah tradisi kande-kandea. Tradisi kande-kandea adalah tradisi makan bersama yang umum dilakukan oleh Suku Buton. Zaman dahulu tradisi ini dilakukan untuk menyambut pulangnya para prajurit laskar Kesultanan Buton dari medan perang. Bahkan jika laskar pulang membawa kemenangan, upacara akan dilakukan lebih meriah hingga para gadis menyuapkan makanan ke anggota laskar sebagai penghargaan atas perjuangan di medan perang. Namun zaman sekarang, tradisi ini dilakukan pada perayaan hari besar seperti Idul Fitri.
Beragam Bahasa
Suku Buton memiliki beragam bahasa yang masih aktif digunakan hingga saat ini. Setiap daerah memiliki bahasa dan dialek yang berbeda. Beberapa bahasa tersebut di antaranya:
- Wolio
- Cia-cia
- Pancana
- Kulisusu
- Busoa
- Kaimbulawa
- Kamaru
- Binongko
- Wanci
- Kaledupa
- Tomia
Indonesia penuh dengan keragaman suku, bahasa, dan budaya, salah satunya dengan adanya Suku Buton. Keunikan suku ini merupakan aset budaya bangsa yang harus dijaga dan dihargai.
FT for GAEKON