Gaekon.com – Bakar-bakaran atau ‘Barbecue’ menjadi tradisi yang selalu dilakukan saat perayaan tahun baru. Banyak orang yang memilih bakar-bakar untuk mengisi waktu berkumpul bersama keluarga.
Nah, kira-kira bagaimana yaa sejarah adanya bakar-bakaran ini?
Barbecue atau ‘bakar-bakaran’
Sebelum jadi makanan khas tahun baru, barbecue telah melewati sejarah yang panjang sejak zaman dahulu kala.
Cara memasak memanggang, yang menjadi asal mula barbecue, sudah ada sejak nenek moyang manusia Homo Erectus memasak daging dengan api sekitar 1,8 juta tahun yang lalu.
Menurut pakar kuliner Chef Ragil Imam Wibowo ketika orang sudah mengenal api, disitulah barbecue sudah mulai lahir. Pasalnya, sederhananya barbecue adalah masak dengan api.
Teknik barbecue yang dikenal saat ini yaitu memasak daging di atas panggangan dengan rempah-rempah dan saus olesan khusus, diketahui berasal dari Kepulauan Barbados, Karibia pada abad ke-16.
Kata barbecue berasal dari bahasa Taino, bahasa suku Indian Karibia. Barbecue diambil dari kata barbacoa yang berarti memanggang di atas perapian kayu.
Versi Planet Barbecue
Menurut Planet Barbecue, sejarah mencatat kata barbecue pertama kali muncul dalam catatan penjelajah Spanyol di Hindia Barat pada 1526.
Sejak saat itu, popularitas barbecue dengan daging babi dan sapi menyebar dengan cepat ke Eropa, Afrika, dan Amerika Serikat.
Barbecue populer di Amerika Serikat sejak zaman kolonial dan berkembang jadi budaya turun temurun.
Pada 1650, salah satu peraturan di Virginia melarang pelepasan senjata saat barbecue berlangsung.
Peristiwa-peristiwa penting di AS pun kerap dengan kegiatan barbecue bersama. Mulai dari saat menang Perang Revolusi hingga saat membangun jembatan pertama di atas Sungai Missouri.
Lantaran tingginya peminat barbecue, pabrik briket arang komersial pertama dibangun oleh Henry Ford pada 1921 dengan rancangan Thomas Edison.
Jadi Tradisi saat Perayaan Tahun Baru
Sejak saat itu pula, barbecue kerap diidentikkan dengan perayaan yang spesial, meriah untuk semua kalangan. Biasanya masyarakat menggunakan ayam untuk harga yang murah, makanan laut untuk yang lebih mahal, dan daging premium untuk kelas atas.
Dari AS dan Eropa, globalisasi dan internet membuat perayaan dengan barbecue menyebar ke Indonesia dan jadi kegiatan yang identik dengan perayaan besar termasuk tahun baru.
Meskipun awalnya masyarakat Indonesia memaknai tahun baru dengan spiritual, namun perkembangan budaya barat membuat masyarakat memodifikasi budaya tersebut.
Selain ayam maupun daging, biasanya saat malam perayaan tahun baru juga identik dengan bakar-bakar jagung. Nah, kenapa jagung sangat identik dengan kegiatan bakar-bakaran di kalangan masyarakat Indonesia?
Jagung menjadi opsi bahan makanan yang murah meriah. Dari segi harga, jagung menang telak dari daging. Dengan budget yang sama untuk sekilo daging misalnya, kita bisa mendapatkan jagung yang cukup untuk memberi makan lebih banyak orang.
Karena harganya lebih terjangkau, jagung bisa dibeli oleh seluruh lapisan masyarakat. Berbeda dengan daging yang belum tentu bisa dijangkau masyarakat kelas bawah.
Ketersediaan jagung di Indonesia juga sangat melimpah. Jagung juga menjadi salah satu makanan pokok yang nggak asing lagi bagi masyarakat. Waktu panennya pun relatif singkat, jadi para petani bisa membudidayakannya dengan lebih mudah.
KA For GAEKON