Gaekon.com – Pandemi virus Covid-19 telah menerjang Indonesia sejak Maret yang lalu. Sudah total dua bulan plus-plus, masyarakat harus memakai masker kemana-mana, terbiasa di scan bagai barang dagangan di supermarket, dan menghindari kumpul-kumpul, apalagi kumpul kebo atau kumpul dengan bojo wong liyo.
Waktu awal terjadi di Wuhan, masyarakat kita santuy saja. Ada keyakinan yang dihembuskan oleh beberpa petinggi di negara kita, mulai dari sang wakil presiden dengan ‘doa qunut’nya, hingga Menkes Terawan yang menyatakan bahwa semuanya baik-baik saja.
Lalu, pelan namun pasti, satu demi satu negara ‘tumbang cagak’e’ dilibas Corona. Sebut saja negeri si Monalisa, Italia, negara oppa Lee Min-Ho, hingga negeri adikuasa Mamarika pun bagai tak kuasa menghadapi musuh tak kasat mata ini.
Indoesia, punya ceritanya sendiri. Pengumuman kasus pertama oleh Presiden Jokowi, ditanggapi beragam. Ada yang panik lantas memborong mulai dari beras hingga kondom, sebagian tetap tak bergeming. Di sisi politik, terbentuk kubu pendukung Lockdown dan yang anti Lockdown.
Sejak saat itu, bukannya malah bersatu, bekerja sama demi menangani penyebaran lebih lanjut, malah komponen bangsa asyik bergaduh. Mulai soal data pasien, metode pengetesan dan pengobatan, hingga ribut mengenai penyaluran Bansos dan pelaksanaan PSBB.
Energi malah habis untuk meributkan berbagai hal. Seiring dompet yang semakin menipis akibat sumber pendapatan yang semakin mampet. Ditambah tak adanya kepastian kapan pandemi akan berakhir.
Target bulan Juni-Juli yang sempat disebut sebagai saat dimana kurva bakal melandai, bahkan berakhir, kelihatannya hanya akan jadi mimpi di siang bolong. Mungkin otoritas juga mulai menyadari hal itu.
Lalu daripada terus menerus melontarkan janji yang hanya akan diingkari, lebih baik mengajak berdamai saja dengan keadaan. Bukankah damai itu indah? Bukankah damai itu berkah?
Bukankah Presiden Jokowi sendiri sudah mengajak masyarakat Indonesia untuk hidup berdampingan dengan virus Covid-19 ini? Badan kesehatan dunia WHO pun akhirnya mau tak mau mengakui bahwa mungkin inilah pilihan terbaik.
Bukankah Covid-19 tak lebih mematikan daripada HIV atau Ebola? Dan sama seperti virus Influenza, yang hingga sekarang pun masih tak bisa hilang dari kehidupan manusia?
Cuma satu pemikiran saya sebagai seorang GAEKONers, bila memang harus berdamai, kenapa tidak dari sekarang saja? Untuk apa PSBB dilanjutkan? Buat apa APBN kita dibiarkan berdarah-darah, terus menerus dibebani dengan penanganan pandemi ini, bila toh pada akhirnya kita harus hidup berdamai?
Berdamai sajalah, kibarkan bendera putihmu. Toh selain penyakit, kita sudah terbiasa berdamai dengan korupsi, intoleransi, dan sasi-sasi yang lain. Sudah lewat itu masa-masa kala bambu runcing diangkat demi melawan penjajah.
Sekarang ini jaman milenial, jaman work from home, dan jaman belanja online. Sebentar lagi, ucapkan selamat datang kepada hidup normal yang baru. Stay safe and healthy!
W For GAEKON