Para peneliti dari perusahaan pengembangan industri di Prancis, Carbios telah menemukan enzim bakteri yang bisa mengurai sampah plastik dan didaur ulang hanya dalam hitungan jam.
Enzim tersebut bisa mengurai polimer polyethene terephthalate (PET) menjadi unsur-unsur penyusun komposit kimianya, yang bisa digunakan ulang untuk membuat produk baru berupa botol. Hanya dalam 10 jam, enzim ‘PET hidrolase’ dapat memecah 90 persen polimer PET. Para peneliti membuat enzim stabil di suhu 72 derajat Celcius, dekat dengan suhu sempurna untuk degradasi cepat.
Selain itu PET hidrolase sangat efisien dan lebih optimal dibandingkan dengan strain bakteri pengurai plastik yang disebut 201-F6. Selain efisien, enzim tersebut juga hemat biaya. Seperti yang dilansir GAEKON dari Science Alert, para peneliti mengatakan enzim tersebut membuat proses pembuatan plastik lebih hemat 25 kali lipat dibandingkan dengan menggunakan minyak.
“Ini adalah terobosan nyata dalam daur ulang dan pembuatan PET,” kata anggota Komite Ilmiah Carbios, Saleh Jabarin.
PET sendiri merupakan polimer termoplastik yang sering digunakan saat ini. Polimer ada dalam bentuk aneka botol, serat pakaian poliester, wadah makanan, dan beragam komponen dan kemasan tahan panas.
Penelitian yang dilakukan awal bulan April ini dipublikasikan di jurnal Nature. Artikel yang berjudul “An engineered PET-depolymerase to break down and recycle plastic bottles” ini disusun bersama ilmuwan di Carbios dan mitra akademisnya, Toulouse Biotechnology Institute.
Melansir The Guardian, peneliti mengaku pertama kali menemukan enzim tersebut dalam tumpukan kompos daun. Dalam habitat itu, enzim mereduksi botol menjadi blok bangunan kimia yang kemudian digunakan untuk membuat botol baru berkualitas tinggi. Teknologi daur ulang yang ada biasanya hanya menghasilkan plastik yang cukup baik untuk pakaian dan karpet.
Wakil kepala eksekutif di Carbios, Martin Stephan, berharap dapat menguji enzim tersebut untuk kebutuhan industri dan komersial pada tahun 2021 di Perancis. Tujuannya adalah berdiri dan berjalan pada tahun 2024, 2025, pada skala industri besar.
Pada 2012 lalu, enzim tersebut sebenarnya sudah ditemukan dalam tumpukan sampah di Jepang. Menurut Alain Marty asal Université de Toulouse, Prancis, dan chief science officer di Carbios, enzim yang sempat terlupakan tersebut kini bisa dimanfaatkan.
Seorang dari pusat inovasi enzim di University of Portsmouth, Inggris, John McGeehan, setuju dengan temuan dari Prancis tersebut. Namun Menurutnya, enzim baru tersebut memiliki kesulitan dalam membuat bahan plastik murni dari campuran plastik, bahkan botol plastik dengan warna berbeda.
Menurut Kohei Oda di Kyoto Institute of Technology, melaporkan bakteri pemakan plastik pada 2016, dan mendorong segera produksi berskala industri. Menurutnya, produksi daur ulang ini akan menunjukkan potensi penggunaan hidrolase untuk mengolah limbah botol plastik yang menumpuk di dunia.
Pakar degradasi enzim plastik di Helmholtz Center Berlin, Jerman, Gert Weber, juga mengatakan bahwa sejauh ini enzim rekayasa tersebut mengungguli semua enzim yang sudah dikenal dapat digunakan untuk depolimerisasi plastik.
“Temuan ini memungkinkan menggunakan enzim untuk mendaur ulang polimer sintetik lainnya, seperti poliamida atau poliuretan,” kata Weber.
KL For GAEKON