Jembatan Merah: Saksi Bisu Perjuangan, Pusat Bisnis, Hingga Mistis

0
7b71e2be-87ff-4512-8d7a-53b2790e6c34__large.jpg (800×533)
eastjourneymagz.com

Jembatan Merah merupakan salah satu destinasi wisata sejarah yang ada di Kota Surabaya. Secara sekilas, jembatan ini tidak ada bedanya dengan jembatan-jembatan lain, selain warna catnya yang merah. Siapa sangka jembatan dengan panjang 40 meter dan lebar 20 meter ini semasa zaman VOC dahulu sangat penting karena menjadi sarana penghubung yang vital. Jembatan Merah didirikan melewati Kalimas (pecahan Sungai Brantas yang berhulu di Mojokerto) dan menuju ke Gedung Karesidenan Surabaya atau Internationale Crediet en Verening Rotterdam atau dikenal dengan Gedung Internatio (sekarang sudah tidak berbekas).

Kawasan Jembatan Merah merupakan daerah perniagaan yang mulai berkembang sejak perjanjian anatara Pakubuwono II dari Mataram dengan VOC pada 11 November 1743. Dalam perjanjian itu sebagian daerah pantai utara, termasuk Surabaya, diserahkan penguasaannya kepada VOC. Sejak saat itulah Surabaya berada sepenuhnya dalam kekuasaan Belanda.

Jembatan Merah Saksi Bisu Sejarah

Jembatan Merah merupakan salah satu tempat penting dalam sejarah perjuangan arek-arek Suroboyo. Pada tahun 1945 dengan gagah berani, arek-arek Suroboyo berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia dengan semboyan “Merdeka atau Mati” bertarung nyawa dengan senjata seadanya, salah satunya di jembatan ini.

Pada masa itu terdapat Gedung Internatio yang merupakan markas Pasukan Komandan Brigade ke-49 Inggris yang sedang bertugas di Surabaya, di dekat Jembatan Merah. Tepat pada tanggal 30 Oktober 1945, dari kedua tempat tersebut (Jembatan Merah dan Gedung Internatio) terjadi baku tembak yang menyebabkan kedua daerah tersebut menjadi lautan darah. Baku tembak itu berhasil menewaskan Brigjen A. W. S. Mallaby yang merupakan perwira tinggi Inggris. Brigjen Mallaby diduga tewas ketika mobilnya diledakkan oleh arek-arek Suroboyo tidak sampai 5 meter dari Jembatan Merah, tepatnya di depan Gedung Internatio. Hingga saat ini, jenazah Brigjen Mallaby tidak pernah ditemukan. Tewasnya Brigjen Mallaby diduga menjadi pemantik terjadinya peristiwa 10 November 1945.

Kawasan Jembatan Merah Sebagai Pusat Perdagangan

7f00b6bc-fe60-471f-b3b9-a641bfd98ecf__large.jpg (800×408)
datajembatan.com

Sebelah barat Jembatan Merah atau Jalan Jembatan Merah (dulu disebut Willenstraat) dan Jalan Rajawali (dulu disebut Heerenstraat) dahulu dipenuhi pedagang besar Eropa. Maskapai dan bank-bank kebanyakan ada di wilayah ini. Sebagian gedung yang digunakan pada saat itu sebagai perkantoran pun masih bisa dilihat hingga saat ini dan keasliannya masih relatif terjaga.

Kawasan timur Jembatan Merah diperuntukkan bagi warga Asia, seperti Tionghoa, Arab, dan Melayu. Saat itu kawasan ini merupakan kawasan elit yang menjanjikan banyak keuntungan bagi pengusaha asing, khususnya Tionghoa. Gedung Internatio pun dibangun di sebelah barat jembatan guna mempermudah pemerintah mengawasi langsung kebersihan, keamanan, dan ketertiban di sekitarnya.

Asal Mula Nama Jembatan Merah

Sejarawan ternyata membantah isu kalau jembatan merah diberi nama tersebut karena terkena cipratan darah para pejuang. Realitanya, sebelum peristiwa itu, namanya juga sudah Jembatan Merah. Achmad Zaki Yamani menjelaskan nama jembatan itu adalah Roode Brug yang kalau diartikan ke Bahasa Indonesia adalah Jembatan Merah.

“Awalnya Jembatan Merah bernama Roode Brug. Roode itu merah, brug itu jembatan. Karena di samping pagar itu berwarna merah, mulai dari awal dicat merah dan dari awal sudah dinamakan Roode Brug,” jelas Achmad, Rabu (10/11/2022).

Sederet Kisah Mistis di Jembatan Merah

Berdasarkan sejarah dan peristiwa berdarah yang pernah terjadi, Jembatan Merah pun tidak lepas dari aura mistis. Berikut beberapa rumor mistis yang ada di Jembatan Merah.

  • Banyak warga yang mengatakan bahwa ketika mereka melewati Jembatan Merah pada malam hari, tercium aroma anyir bau darah dan bangkai.
  • Beberapa warga dan pengendara yang lewat terkadang mendengar jeritan misterius seolah minta tolong
  • Warga dan pengendara yang lewat terkadang melihat sosok makhluk halus di Jembatan Merah

Jembatan Merah mungkin terlihat seperti jembatan biasa yang berwarna merah. Namun, ia adalah saksi bisu sebenarnya tentang kisah heroik perjuangan arek-arek Suroboyo saat mempertahankan kemerdekaan. Pernahkah Gaekoners ke Jembatan Merah? Kisah mistisnya beneran ada nggak nih?

 

FT for GAEKON