Gaekon.com – Media massa yang selalu menyorot aib masyarakat itu media massa yang nggak tahu kesejatian fungsinya. Sikap media yang seperti itu tumbuh subur saat masa PSBB Covid-19.
Coba tengok, perbandingan berapa jumlah berita masyarakat yang melanggar aturan PSBB dibanding para elit yang melakukan pelanggaran. Yang menghiasi judul berita adalah pria ini tak patuh PSBB, keluarga ini melarikan jenazah, pemuda ini marah-marah karena diingatkan pakai masker, habib ini adu fisik karena tak Terima diingatkan petugas PSBB. Dan ragam berita sejenis yang tentu anda bisa menambahkan sendiri.
Lah, berita pelanggaran yang dilakukan pemimpinnya mana? Kalaupun ada tentu sedikit sekali dibanding berita dosanya rakyat kecil. Bukan soal pasti jumlah elit lebih sedikit dan rakyat grass root jauh lebih banyak. Namun, memilih pemberitaan juga memikirkan efek moralnya bukan?
Kalau media massa sedikit sadar. Berapa persen sih pelanggaran yang dilakukan masyarakat di masa pandemi Covid-19. Bandingkan dengan yang nurut aturan. Prosoku Yo sing ngelanggar gak akeh seru. Lalu kenapa dosa-dosa kami ini di sorot diekspos, digembar-gemborkannya sebagai dosa massal.
Sorot dong dosa pemimpin dan para elit yang melanggar kedisiplinan. Uang kami masuk ke kantong mereka jadi gaji pokok, tunjangan beragam jenis, rumah dinas, fasilitas mobil dan lain sebagainya. Sedang kami susah payah cari makan sendiri, mereka asyik berangkap-rangkap jabatan publik.
Giliran mereka punya dosa sorotannya kok kecil sekali ketimbang rakyat kecil. Pantas kalau ada asumsi, rakyat kecil buat apa berdisiplin ria, orang berkuasa melanggar kedisplinan nggak ditindak tuh. Atau ditindak tapi ya mereka bisa lolos karena bermodal kekuasaan.
Pantas ada seorang ahli hukum tersohor di tanah air bilang masalah kedisiplinan di masyarakat yang rendah itu gara-gara elit yang nggak disiplin. Mau menegakkan hukum di Indonesia itu gampang. Pegang para pemimpinnya, para elitnya.
Hmm, betulkah demikian?
K For GAEKON