Kemudi Mirip Sepeda Motor, Ini Sejarah Bajaj

0
Bajaj
Sumber Foto: www.kompasiana.com

Gaekon.com – Bicara soal Bajaj pasti kalian langsung terbesit dengan ibu kota ‘Jakarta’. Iya, kendaraan bermotor roda tiga ini banyak digunakan di Jakarta.

Namun kalian perlu tahu, jika Bajaj ini juga bisa ditemukan di Banjarmasin, Pekanbaru, dan beberapa ibukota kabupaten di Indonesia.

Sebagian dari kalian pasti ada yang sudah pernah naik bajaj, namun kira-kira kalian tau nggak sih bagaimana sejarah dari kendaraan ini?

Berasal dari India

Bajaj sebenarnya merupakan merek salah satu perusahaan otomotif di India, Bajaj Auto. Kendaraan ini berasal dari India yang diekspor ke Indonesia terutama ke Jakarta sejak tahun 1975.

Saat itu Gubernur Jakarta adalah Ali Sadikin. Sejak itulah bajaj menjelma menjadi bagian dari Ibu Kota sebagai transportasi umum.

Bajaj diimpor dari India, memiliki mesin 160 cc, namun belakangan onderdilnya disamping masih diimpor dari negara tersebut juga sudah diproduksi di Tegal, Jawa Tengah.

Bahan bodinya, 60% terbuat dari metal-drum dan 40% terpal yang memayungi ruang sopir dan penumpang.

Berbahan bakar bensin, bajaj memiliki kecepatan normal 40 km/jam dan maksimum dapat mencapai 70 km/jam. Bajaj memiliki aksesoris empat lampu di depan dan di belakang. Sedangkan untuk bagian depan sopir terdapat kaca yang bisa dilengkapi dengan wiper apabila hujan.

Sejarah Warna Bajaj

Di Jakarta sendiri warna bajaj ada dua, yaitu biru dan oranye. Sedangkan di Banjarmasin, bajaj berwarna hijau dan memiliki tempat berhenti tersendiri yang telah diatur oleh Pemerintah Kota Banjarmasin dibandingkan dengan di Jakarta.

Bajaj oranye memiliki bahan bakar bensin, usianya jauh lebih tua dibandingkan dengan bajaj berwarna biru.

Namun bajaj biru lebih ramah lingkungan. Asapnya tidak terlalu tebal dan suaranya pun lebih halus, pasalnya bajaj biru memakai bahan bakar compressed natural gas (CNG).

Jadi Pengganti Becak

Kemunculan bajaj dijakarta tidak bisa dilepas dari pergantian bemo dan becak sebagai sarana transportasi umum di Ibu Kota.

Pada Tahun 1971, ada 93 ribu becak yang beroperasi di Jakarta. Jumlahnya turun drastis, hingga sepertiganya pada tiga tahun kemudian. Pelarangan becak kemudian diganti dengan bajaj dan bemo.

Pada saat itu ada keresahan terkait transportasi becak, karena becak tidak dianggap sebagai pekerjaan yang mencerminkan manusia. Maka harus dicari penggantinya. Muculan kendaraan roda tiga bernama bajaj waktu itu.

Bentuknya Mirip Motor

Kendaraan beroda tiga ini bentuk kemudinya mirip dengan sepeda motor. Kapasitas penumpang bajaj adalah dua orang atau ditambah satu anak kecil, yang semuanya akan duduk dibelakang supir bajaj.

Suara mesin bajaj sangatlah memekakkan telinga. Namun karena fisiknya yang relatif kecil, bajaj dapat diandalkan untuk menerobos kemacetan di dalam kota.

 

KA For GAEKON