PERLU TIRAKAT UNTUK MEMBUAT BATIK SINGO MENGKOK

0
PERLU TIRAKAT UNTUK MEMBUAT BATIK SINGO MENGKOK

Lamongan – Batik merupakan warisan budaya yang sampai saat ini masih dilestarikan. Keberadaannya membuat kebanggaan tersendiri khususnya bagi bangsa Indonesia. Hal ini dikarenakan, batik sudah mulai menarik hati wisatawan mancanegara. Mereka menyukai semua hal tentang batik. Mulai dari cara membuatnya hingga motif – motif yang tergambar.

Banyak sekali motif batik serta penamaannya, salah satunya adalah kerajinan batik Singo Mengkok yang berasal dari Desa Sendang, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.

Ketua Komunitas Batik Jawa Timur, Lintu Tulisyantoro mengatakan, Singo Mengkok adalah motif batik legendaris asal Sendang, Lamongan. Singo Mengkok merupakan binatang dalam sebuah dongeng, ia berkaki empat dan memiliki bentuk yang unik.

Motif  Binatang yang ada dalam batik Singo Mengkok ini perpaduan antara dua binatang, yaitu berbadan kijang dan berkepala naga. Jaman dahulu diceritakan bahwa binatang ini juga memiliki api. 

“Singo Mengkok dalam motif budaya China memiliki kesamaan dengan Kilin,” ucap Lintu.

Adapun motif Singo Mengkok ini adalah perpaduan budaya lokal dan Tiongkok, karena mirip dengan hewan mitologi Kilin.

Masih dalam mitologi China, Kilin merupakan binatang legendaris yang dipercaya mampu mendatangkan kesuburan, kemakmuran dan kejayaan dalam suatu daerah. Karena menciptakan berkah, tidak heran jika binatang ini sangat dinanti kehadirannya. Berkah yang dinanti itu kemudian dituangkan dalam berbagai goresan seni.

Di kompleks pemakaman Sunan Drajat, yang tidak jauh dari dari Desa Sendang, motif Singo Mengkok muncul pada ukiran dinding dan gamelan. Sementara di Desa Sendang, ia digunakan sebagai motif batik.

“Singo Mengkok memiliki banyak gambar yang ada di dalam desain batik. Ada yang digambarkan seperti singa, tapi sebagian lagi dengan gambar yang seperti Kilin,” kata Lintu.

Dalam penerapan motif Singo Mengkok pada batik, bentuk badan kijang dan kepala naga tetap disematkan pada kain.

Hanya saja, penggambaran motif Singo Mengkok ditambah dengan sayap. Ini bermakna bahwa hewan ini dapat berada di antara langit dan bumi atau menunjukkan pengayoman. Motif ini lalu dipadu dengan warna batik daerah pesisiran, yang identik dengan warna cerah seperti merah.

Lintu sempat mewancarai sejumlah pembatik di Desa Sendang. Umumnya mereka menyatakan saat ini mulai jarang yang mau membantik dengan motif Singo Mengkok.

Alasannya diantara lain karena motif Singo Mengkok ini tergolong sulit untuk dituangkan dalam sebuah karya batik. Selain itu, ada atusan yang mengharuskan para pembatik untuk melakukan tirakat sebelum membuatnya.

Menurut sesepuh setempat, tirakat itu berupa menjalankan puasa terlebih dahulu sebelum membatik. Tujuannya agar si pembatik dapat lebih memahami spirit visualisasi sosok Singo Mengkok dalam motif batik yang akan dibuat.

Jika tidak memahami spirit motif dalam membuat batik Singo Mengkok ini, akan berisiko terjadinya kesalahan dalam membatik. Sehingga dapat berakibat fatal pada nilai luhur keaslian batik tersebut.

Ada detil-detil batik yang tidak dapat diabaikan dalam membuat motif ini. Di antaranya, jika tidak berhati-hati, orang yang membatik dapat melakukan kesalahan dalam melukiskan jumlah kuku pada kaki binatang Singo Mengkok ini.

Meski memiliki tingkat kesulitan yang tinggi, saat ini Singo Mengkok mulai muncul kembali seiring hadirnya tren yang dibangun untuk melestarikan motif kuno yang ada di Lamongan.

“Singo Mengkok itu motif yang sudah hilang, artinya sudah tidak dibuat oleh masyarakat Sendang Lamongan dan sekarang mulai lagi. Jadi untuk mencari artefak motif Singo Mengkok, zaman dulu tidak menemukan. Ada tapi sekitar tahun 80an masih ada tapi termasuk baru,” tambah lintu.

Batik Singo Mengkok ini satu dari sekian pakaian yang ditetapkan Pemerintah Kabupaten Lamongan sebagai Busana Khas Lamongan (BKL). Batik khas buatan Desa Sendang Duwur, Paciran Lamongan ini, ditetapkan di acara Seminar Batik dalam rangka Hari Batik Nasional di Pandopo Lokatantra pada Tahun 2019.

Bupati Lamongan, Fadeli mengatakan, Singo Mengkok ditetapkan menjadi Busana Khas Lamongan (BKL). Selain itu juga diaplikasikan pada udeng, sembong pasa busana pria, dan jarit pada busana wanita.

“Ini merupakan perpaduan batik motif Singo Mengkok yang diilhami Sunan Drajat dengan kekhasan batik Sendang yang bernilai estetik dan filosofi,” tandas Bupati.

Menurut Bupati Fadeli, dirinya mengakui batik-batik dari Desa Sendangagung dan Sendangduwur ini memiliki keunikan dan sejarah tersendiri. Dia berharap keunikan itu mampu mendorong laju wisata desa untuk menarik wisatawan lokal dan mancanegara datang ke Lamongan.

Ketua Yayasan Kebudayaan Lamongan (YKL), Hidayat Iksan mengatakan, bahwa Singo Mengkok mengilhami sifat kebijaksanaan sebagai penangkal watak dan perilaku jahat.

Alasannya, motif batik Singo Mengkok ini juga tidak hanya indah dalam bentuk, namun sarat makna filosofi tinggi.

Hidayat Iksan menambahkan, jika diuraikan makna filosofinya, Singa dalam posisi membungkuk, mengkok-mengkok, duduk, “dodok”. Dengan kata lain, singa itu sudah tidak bengis lagi sebagaimana layaknya binatang singa pada umumnya.

“Seperti pitutur, jiwa kang kuat dudu kuat otot lan balunge, ananging kang kuat ngempet hawa nasfune. Yakni orang yang kuat adalah yang dapat menundukan hawa nafsunya,” ujarnya.

Pengajar di Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah Rahmat Dasy menjelaskan, batik Lamongan bermula pada masa Sunan Sendang pada abad XV. Batik tersebut sebagai wujud ekonomi kreatif masyarakat. Batik Sendang Lamongan menjadi salah satu kontributor di antara sekian batik Nusantara. “Sebagai warisan dunia yang harus dilindungi,” tegas Rahmat Dasy kepada wartawan.

KL For GAEKON