Gaekon.com – Akhirnya desa tercinta saya jebol tak lagi berstatus daerah hijau Covid-19. Setelah sempat beberapa waktu mengklaim diri aman-aman saja, namun corona toh sudah hinggap di desa kami. Per 28 Mei 2020 sudah ada 35 ODP, 11 PDP dan 4 orang pasien positif Covid-19.
Dalam tulisan ini saya ingin sampaikan perbedaan sikap yang njomplang para tetangga Via Vallen dan tetangga salah satu pasien positif corona di desa saya. Yang satu saling hujat. Satunya lagi saling bantu.
Diketahui sebelumnya adik penyanyi dangdut kondang Via Vallen positif tertular virus corona. Alhasil keluarga Via Vallen melakukan karantina mandiri. Selama di rumah Via Vallen mengaku mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari tetangga.
Via sempat menulis curhatan di instastory tentang sikap para tetangganya yang semakin menjauhinya. “Pas aku posting soal kondisi keluargaku beberapa tetangga ngejauh. Seperti lihat setan kalau anggota keluargaku lewat,” tulisnya.
Menurut via, tetangganya juga nyaris mau melakukan demonstrasi di kediamannya. Padahal dirinya sekeluarga berusaha menerapkan protap karantina mandiri covid-19. “Pake acara mau demo segala. Ketakutannya berlebihan. Seolah-olah corona ini aib. Keterlaluan sekali,” ketusnya.
Nah itu potret di kediaman Via Vallen. Hal yang kontras malah terjadi di rumah salah satu pasien positif covid-19 di desa saya. Pasien yang positif itu diketahui bekerja di pabrik rokok Sampoerna yang merupakan kluster penyebaran corona.
Pasien itu dan keluarganya akhirnya melakukan karantina mandiri. Berdiam diri di rumah selama 14 hari. Di depan rumahnya juga petugas memasang spanduk yang bertuliskan rumah ini tidak menerima tamu, kurang lebih seperti itu.
Namun yang menarik adalah para tetangga pasien itu bergotong royong untuk memastikan mereka masih bisa makan. Tiap hari ada saja para tetangga yang meletakkan kantong kresek berisi sayuran, lauk pauk, sembako, makanan di depan rumah. Ada juga yang sampai dicentelno nang lawang.
Senang betul saya dengar masih ada tradisi gotong royong seperti itu di desa. Antar tetangga rukun, saling menguatkan, saling dukung dan membantu. Bukan Kemenkes, BPIP, MUI atau orang parpol yang hadir membantu keluarga itu. Tapi para tetangga sekitarnya!
Yang ini cerita lain desa tapi masih satu kecamatan. Pak Kadesnya bahkan sampai menjual mobil pribadinya. Nissan Grand Livina tahun 2013 laku terjual Rp 103 juta. Uang itu pun dipakai untuk membeli beras 8,5 ton. Beras itu dibagikan ke 1.500 orang warganya. Dengan rincian satu rumah mendapat jatah 5 kilogram beras.
Pasti pembaca ingin tahu dimana desa itu. Jangan tanya detail nama desa saya. Saya berani jamin 100 persen informasi yang saya paparkan soal desa saya valid. Buat apa tanya, saya yakin desa-desa lain di seantero Indonesia juga bersikap demikian.
Wallahualam Bisshowab
K For GAEKON