Topik pembicaraan yang selalu menjadi bahasan publik saat ini adalah tentang corona virus disease (Covid-19). Wabah yang sudah mendunia ini meresahkan seluruh orang. Bukan hanya kematian yang dialami pasien positif, dampak dari adanya wabah ini juga sudah tidak tanggung-tanggung.
Seperti halnya peraturan pemerintah yang mengharuskan #dirumahsaja. Memang peraturan tersebut dilakukan untuk meminimalisir adanya penularan virus corona, namun sebagian orang yang tidak bisa bekerja dari rumah juga terpaksa harus kehilangan penghasilannya bahkan ada juga yang kehilangan pekerjaannya demi berdiam diri #dirumahsaja.
Toko-toko juga banyak yang kehilangan penghasilannya, karena mendadak sepi pembeli. Kondisi seperti ini tentu saja membuat sejumlah orang akan mengalami stres. Penghasilan yang biasanya didapat kini banyak berkurang hanya karena dampak corona. Sehingga untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari juga sangat susah. Hal inilah yang pasti menjadi pikiran kebanyakan orang, sehingga bisa berujung stres.
Seperti yang dikutip GAEKON dari laman Psychology Today, seorang ahli saraf dan psikolog, Dr Brian King Ph,D., mengatakan bahwa ia sedang membahas mengenai bagaimana seharusnya cara yang dilakukan untuk dapat mengelola stres akibat pandemi ini.
“Saya sedang membahas bagaimana kita dapat mengelola stres, kecemasan, atau reaksi yang mengkhawatirkan terhadap pandemi BUKAN virus corona itu sendiri. Juga, jika Anda secara pribadi dipengaruhi corona virus, saya berharap Anda atau orang yang Anda cintai pulih,” kata Brian.
Menurut laman liputan6.com, Brian juga berbagi beberapa langkah untuk menghadapi stres selama mewabahnya virus corona (Covid-19) sehingga bisa tetap tenang:
- Nilai Ancaman
Dr Brian King Ph,D mengatakan, ketika seseorang merasa kewalahan dengan rasa khawatir atau ketakutan, terkadang bermanfaat untuk memberi tahu diri sendiri tentang fakta-fakta untuk menilai tingkat ancaman pribadi kita.
Sebagai contoh, Brian merasa prihatin dan melihat statistik infeksi. Ada sekitar 120.000 orang diketahui memiliki virus dari hampir 8 miliar orang yang hidup di planet ini. Sebagian besar dari kasus-kasus itu berada di Tiongkok. Setelah menggali lebih dalam lagi, ia menemukan hanya ada 7 kasus di negaranya dan tidak ada di daerah tempat tinggalnya.
“Saya menilai tingkat ancaman saya rendah dan mudah tidur malam itu. Sekarang, Anda mungkin berkata, ‘Tetapi Brian, bagaimana dengan semua orang yang bisa menyebarkan virus tanpa menyadarinya?’ yang saya jawab adalah saya berusaha mengurangi kecemasan, bukan menambahnya,” katanya.
- Identifikasi Apa yang Dapat Anda Kendalikan
Ketika kita menghadapi stres apa pun itu, menurut Brian, penting bagi kita untuk bertanya pada diri sendiri apakah kita dapat melakukan sesuatu untuk itu. Jika ada beberapa tindakan yang dapat kita ambil, maka mengambil tindakan akan membantu mengurangi kecemasan kita.
Sebagai contoh, para ahli menekankan pentingnya mencuci tangan untuk meminimalkan penyebaran virus. Sebagian besar dari kita mampu mencuci tangan, maka dari itu cuci tangan kita lebih sering.
“Jika para ahli mengatakan hindari area yang ramai, maka hindari area yang ramai, dan hiduplah dengan nyaman mengetahui bahwa kita melakukan semua yang kita bisa untuk mengurangi paparan kita,” katanya.
- Terima Apa yang Tidak Bisa Kita Kendalikan
Dr Brian King Ph,D juga mengatakan cobalah untuk fokus pada apa yang bisa kita lakukan, bukan pada apa yang tidak bisa kita lakukan.
Menurutnya, apabila kita fokus dengan perasaan khawatir, mengeluh, merenung, itu hanya akan memperkuat stres kita. Karena secara tidak langsung tubuh akan tersugesti untuk melakukan apa yang sedang kita pikirkan. Misalnya ketika kita sedang khawatir, maka otak akan merespon dan memikirkan rasa khawatir itu hingga bisa berujung menjadi stres.
- Mengubah Pikiran Negatif Secara Aktif
Dr Brian King Ph,D menegaskan satu-satunya bagian otak yang bisa dikendalikan secara langsung dan sukarela adalah bagian yang dipikirkannya. Apabila kita tidak melakukannya, itulah yang berkontribusi terhadap kecemasan yang mungkin kita rasakan selama pandemi ini.
“Apa yang kita pikirkan mempengaruhi perasaan kita dan saya sering memberi tahu orang-orang jika mereka tidak suka perasaan mereka maka ubah pikiran mereka. Jadi, jika otak kita terlalu sering disibukkan oleh kekhawatiran tentang virus, kemarahan tentang jarak sosial, atau kesedihan karena kehilangan penghasilan, maka ubah pikiran itu,” katanya menegaskan.
Karena dengan mengubah pikiran kita mengenai kekhawatiran tentang virus, kemarahan tentang jarak sosial, atau kesedihan karena kehilangan penghasilan maka kita juga akan terhindar dari stres, dan pikiran menjadi lebih tenang.
- Tetap Aktif
Brian juga mengatakan bahwa manusia mungkin mengisolasi diri sendiri secara fisik, tetapi masih memiliki kesempatan yang luar biasa untuk terhubung dengan orang lain secara virtual.
“Selama beberapa minggu terakhir, saya telah melihat beberapa strategi mengatasi yang luar biasa ketika orang-orang di zona karantina melakukan apa yang mereka bisa untuk tetap aktif,” katanya.
Ia mencontohkan banyak orang yang sudah mulai berolahraga atau belajar memasak. Melukis, membuat musik, atau membuat seni secara umum bisa sangat membantu. Atau ada juga yang mengejar daftar bacaan mereka.
- Berpikir Positif
Brian mengatakan, seseorang hanya dapat menyimpan beberapa pikiran dalam otak pada waktu tertentu. Jadi, jika kita memiliki pikiran positif dan optimis, tidak ada banyak ruang tersisa untuk memikirkan sesuatu hal yang negatif.
- Humor
Humor adalah alat manajemen stres alami. Menurut Brian, mengatasi dan meminimalkan stres merupakan tujuan dari humor. Dengan tertawa dapat mengurangi kecemasan, menurunkan hormon stres dan membantu kita untuk tenang.
“Saya tidak bisa memberi tahu, bagaimana menemukan humor dalam situasi setiap orang, tetapi sebanyak yang kita bisa, kita perlu tertawa dan santai saja,” tegasnya.
KL For GAEKON