Gaekon.com – Bunga bangkai, (Rafflesia Arnoldi) terkenal dengan sebutan si raksasa berbau menyengat. Bunga ini bisa muncul secara tiba-tiba ditempat yang berbeda.
Bunga ini disebut bangkai lantaran mengeluarkan bau seperti bangkai yang membusuk. Hal ini lantaran untuk mengundang kumbang dan lalat guna menyerbuki bunganya. Jenis-jenis bunga ini dapat dijumpai pada hutan hujan tropis di Stasiun Penelitian Hutan Tropis (SPHT) Taman Nasional Kayan Mentarang di Lalut Birai, Desa Long Alango, Kecamatan Bahau Hulu, Kabupaten Malinau.
Asal Mula Nama Rafflesia Arnoldi
Tahun 1818, terjadi pemindahan tampuk kekuasaan penjajahan atas Indonesia dari Belanda ke Kerajaan Inggris. Gubernur Jenderal Sir Stamford Raffles yang saat itu memegang kekuasaan tertinggi atas Indonesia sedang mendalami keanekaragaman hayati bumi pertiwi dengan mengajak seorang ahli Biologi bernama Joseph Arnold menjelajah sebuah daerah di Bengkulu.
Pada saat menjelajah hutan, rombongan Arnold kebingungan dengan bau busuk yang muncul di semak belukar (kini hutan itu terletak di Manna, Kabupaten Bengkulu Selatan). Seorang anggota rombongan pun kaget ketika mengetahui bahwa bau busuk tersebut berasal dari bunga besar yang sedang mekar-mekarnya.
Bunga berbau bangkai itu diberi nama oleh Arnold, Rafflesia Arnoldi. Diberi nama seperti itu karena sebagai rasa terima kasih kepada Gubernur Jenderal Sir Stamford Raffles yang telah membiayai ekspedisi.
Sedangkan orang-orang yang ikut dalam rombongan tersebut menamai bunga itu Bunga Bangkai. Akhirnya, Bunga Bangkai semakin dikenal hingga mancanegara. Pemerintah pun menetapkan Bunga Bangkai sebagai tumbuhan yang dilindungi. Pada tahun 1992, Bunga Bangkai dipindahkan dari Bengkulu ke Kebun Raya Bogor.
Tumbuh Dimana-mana, Jadi Bunga Misterius
Bunga Bangkai juga merupakan bunga parasit yang tidak dapat hidup sendiri. Bunga ini selalu menumpang hidup dengan tumbuhan inangnya. Bunga Bangkai ini terlihat misterius lantaran bisa tumbuh dengan sendirinya dan selalu dipertanyakan mengenai asalnya oleh orang-orang.
Bunga ini selain memiliki bau busuk menyengat juga memiliki diameter sekitar 100 cm, berwarna merah dengan corak pada mahkota bunga. Bunga Bangkai tidak memiliki batang dan daun, dan memiliki lima mahkota bunga.
Bunga Bangkai termasuk tumbuhan langka dan tidak dapat dikembangbiakan karena tidak memiliki alat reproduksi. Bunga Bangkai banyak ditemukan di hutan Indonesia karena iklim tropis sangat cocok untuk pertumbuhannya. Kelembapan udara hutan Indonesia bisa membuat Bunga Bangkai tetap hidup.
Mengutip dari Jurnal Silva Tropika 3(2), bunga ini biasanya tumbuh di tempat yang subur dengan lahan dipenuhi serasah. Ketebalan serasah tersebut bisa mencapai 10 sentimeter.
Serasah tersebut memiliki fungsi untuk menjaga kestabilan mikro iklim habitat dan mencegah evaporasi tanah. Dengan kata lain, bunga bangkai menyukai daerah yang lembap dan memiliki banyak air.
Dalam Jurnal Hutan Lestari 4(3), dikatakan bahwa bunga bangkai umumnya ditemukan di pinggiran hutan, bekas ladang atau kebun, dan di dalam hutan kota.
Bunga bangkai merupakan tumbuhan saprofit atau yang memerlukan penyinaran sedikit. Sehingga tanaman ini dapat ditemukan pada area yang gelap.
Dalam jurnal tersebut juga dijelaskan bahwa tanaman ini paling banyak ada di tempat dengan ketinggian 101 – 200 meter di atas laut.
Tanaman yang Dilindungi Undang-Undang
Bunga Bangkai merupakan tanaman yang dilindungi sesuai dengan Undang-undang No.5/1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya serta PP No.7/1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa Liar.
Tanaman ini mulai terancam dihabitat aslinya, lantaran banyak manusia yang mengambil bagian dari bunga ini, salah satunya bagian umbi untuk dijual. Bagian lain seperti tangkai daun atau batang semu anak juga mulai dijual sebagai tanaman hias.
Bunga Bangkai memiliki klasifikasi khusus. Melansir dari buku “Pengembangan Kurikulum IPA Terpadu SMP Tinjauan Filosofis, Teoritis, dan Contoh Implementasinya”, berikut klasifikasi tamanan tersebut.
- Kerajaan: Plantae
- Divisi: Magnoliophyta
- Kelas: Liliopsida
- Ordo: Alismatales
- Famili: Araceae
- Genus: Amorphophallus
- Spesies: Amorphophallus titanium
Nama Amorphophallus titanum ternyata berasal dari bahasa Yunani kuno dari kata “amorphos” yang artinya tidak berbentuk dan “phallus” berarti penis dan titan yang raksasa.
Tanaman ini merupakan kelompok talas-talasan yang merupakan tumbuhan endemik Sumatera. Bahkan menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 58 Tahun 1989 bunga ini menjadi maskor Provinsi Bengkulu.
KA For GAEKON