Yang dicintai telah pergi. Bendera setengah tiang tanda duka menyelimuti segala pelosok negeri mulai dari perkotaan hingga pedesaan. Rabu, 11 September 2019 Sang Khalik telah memanggil Presiden Ke-3 Republik Indonesia Bacharuddin Jusuf Habibie. Sang Teknokrat itu berpulang pada usia 83 tahun kala dirawat secara intensif akibat gagal jantung di RSPAD Gatot Subroto.
Almarhum merupakan presiden pertama yang dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata, Jakarta. Persis besebelahan dengan makam mendiang istrinya Hasri Ainun Besari yang telah meninggal pada 22 Mei 2010.
Habibie bisa dibilang adalah contoh perlakuan Indonesia pada manusia-manusia jenius. Tak dianggap di negeri ini tapa moncer karir dan pengakuannya di luar negeri. Usai beliau mangkat baru kebanyakan mata kita terbuka, orang sepintar habibie ini ternyata banyak melambungkan nama Indonesia di kancah internasional lewat penemuan jeniusnya.
Anda tentu sudah pernah dengar tentang teori gravitasinya Newton atau teori evolusinya Darwin. Tapi Teori Crack Progression apa anda pernah dengar? Sayang sekali padahal itu adalah paten teori buah karya BJ Habibie.
“Theory of Habibie” tersebut adalah salah satu teori besar yang kini diterapkan di dunia aviasi internasional. Sebelum ada penemuan teori ini, dunia penerbangan dibayangi ancaman keselamatan akibat letak retakan (crack) pada pesawat yang tidak bisa dideteksi.
Lalu, para insinyur mengatasinya dengan jalan meningkatkan safety factor melalui meningkatkan bobot konstruksi. Akibatnya pesawat lebih berat dan melaju lebih lambat, sulit bermanuver dan lebih boros bahan bakar.
Nah, lewat teori buah pemikiran Habibie letak can besar crack pada pesawat bisa dihitung. Sehingga para insinyur bisa memangkas kelebihan berat pesawat. Teori ini juga berhasil meningkatkan standar keamanan pesawat, mengurangi resiko kecelakaan dan juga membuat proses pembuatan dan perawatan pesawat jauh lebih mudah dan murah.
Habibie Factor berjasa besar bagi kedirgantaraan dunia. Bobot pesawat bisa berkurang antar 10-25 persen setelah material kompsit buatan Habibie digunakan. Makin ringannya body pesawat juga kan membuat proses manuver pesawat lebih lincah, lebih mudah take off dan mendarat. Kemampuan pesawat yang meningkat berdampak pada konsumsi bahan bakar menjadi lebih irit.
Teori yang ditelorkan oleh Habibie berhasil diapresiasi dunia. Buktinya, Habibie pernah menjabat vice president di Messerschmitt Boelkow Blohm GmbH (MBB) yaitu salah satu industri penerbangan terbesar di Jerman. Putra Indonesia kelahiran Parepare 25 juni 1936 itu merupakan orang non Jerman yang mampu menduduki posisi tinggi pada MBB.
Selain teori, Habibie juga menciptakan pesawat terbang. Salah satunya yang mendapat apresiasi positif adalah purwarupa DO-31 yang kemudian dibeli oleh NASA. Hak paten dari penemuan habibie lantas dipakai oleh perusahaan pesawat skala dunia seperti Boeing, Air Bus dan perusahan roket dunia.
Buah dari invensinya itu, Habibie ditahbiskan menerima penghargaan Von Karman Award, sebuah penghargaan yang hampir setara dengan hadiah nobel di bidang teknologi.
Habibie Kecewa
Selain dikenal sebagi figur insinyur penerbangan, BJ Habibie juga sempat mencicipi dunia kepemerintahan. Habibie didapuk sebagai Menristek pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, lalu naik jabatan menjadi Wakil Presiden.
Setelah orde baru tumbang ditandai mundurnya Soeharto pada Mei 1998 Habibie tidak ikut turun, malah naik tahta menjadi Presiden ke-3 RI yang menjabat dalam waktu sangat singkat, mulai 20 Mei 1998 hingga 20 Oktober 1999. Sejak adanya perbedaan skenario reformasi itulah yang membuat keluarga cendana kurang harmonis dengan Habibie.
Tidak cuma cendana yang kecewa pada Habibie, dirinya pun sempat merasa kecewa pada Soeharto. Pasalnya proyek pesawat N250 dan N2130 ciptaannya untuk Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) harus gagal akibat krisis ekonomi parah 1997-1998 yang melanda Indonesia.
Langkah Presiden Soeharto kala itu untuk menghentikan pendanaan IPTN dinilai gila oleh Habibie. Sebab, ribuah ahli IPTN bawahan Habibie telah mempersiapkan segala macam riset dan uji coba untuk mengembangkan pesaawat N250 dan pesawat jet penumpang N2130, setelah sukses dalam proyek pengembamngan pesawat CN-235.
Kebijakan tersebut ibarat menggugurkan bayi yang akan lahir sehat. Sebab usaha Habibie sudah dikerjakan 80 persen. Habibie sempat mendirikan pusat pengembangan pesawat tersebut di Amerika dan Jerman untuk memasarkan pesawat IPTN di Eropa, Afrika dan Timur Tengah. Tujuannya agar bangsa Indonesia bisa sejajar dengan negara besar, pesawat anak bangsa bisa mengudara dan menguasai pasar pesawat dunia.
Krisis ekonomi yang makin lebar membuat pemerintah Presiden Soeharto mengajukan hutang pada IMF. Nahas, IMF memberikan syarat agar proyek IPTN dihentikan karena mereka anggap sebagai proyek mercusuar yang banyak menghamburkan dana.
Selanjutnya, pada 15 Februari 1998 IPTN mulai kesulitan keuangan dan goyah. Operasional IPTN berhenti sehingga 16 ribu pekerja dirumahkan. Chappy Hakim dalam Berdaulat di Udara: Membangun Citra Penerbangan Nasional (2010), mencatat bahwa dalam waktu sekitar 20 tahun IPTN berhasil meningkatkan jumlah tenaga teknisi desainer dan teknisi operator yang semula berjumlah 200-an orang pada tahun 1979, menjadi 1.578 orang pada 1998. Tenaga insinyur yang hanya 120 orang pada tahun 1980 menjadi 1.225 orang pada 1998. Kini IPTN sudah berganti nama menjadi PT Dirgantara Indonesia (PTDI).
Pemerintah pada saat itu terpaksa menyia-nyiakan potensi anak bangsa yang sudah Habibie rintis akibat terpaan krisis ekonomi. Industri strategis penerbangan Indonesia harus bubar. Eks karyawan IPTN banyak akirnya yang harus berkarir di perusahaan pesawat luar negeri seperti Air Bus dan Boeing. Habibie sempat berseloroh “Edan” akan kejadian tersebut.
Di bidang politik pemerintahan Habibie pun tidak luput dari cibiran, Habibie yang dinilai sebagai warisan orba mendapat serangan politik yang negatif. Terlebih lepasnya Timor Timur yang merdeka dari NKRI usai dilakukan referendum turut disesali banyak pihak.
Meski demikian, apa yang dilakukan Habibie dalam merintis iklim demokrasi usai orba tumbang mengalami banyak kemajuan. Habibie dalam masa kepemerintahannya yang singkat sanggup menggelar Pemilu 1999 yang jujur dan adil. Kebebasan pers ia kembalikan, dia juga melahirkan UU Anti Monopoli dan UU Otonomi Daerah yang sangat berdampak memberi kebebasan rakyat menyalurkan aspirasi.
Usai turun tahta, Habibie tidak begitu tertarik dengan dunia politik. Terbukti Habibie tidak pernah mencalonkan diri dan lebih memilih untuk menetap di Jerman. Hingga pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Habibie kambali lagi ke Indonesia sebab terhitung aktif sebagai penasihat presiden. Jabatan sebagai penasihat juga sempat ia emban pada masa Kepemerintahan Presiden Joko Widodo.
Di usianya yang senja, Habibie tetap menjadi penggagas ulung dengan rancangan pesawat R80 berbasis turboprop bersama anaknya Ilham Habibie. Pengembangan pesawat R80 besutan PT Regio Aviasi Industri, perusahaan bentukan Habibie itu masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN). Saat ini pembuatan purwarupa pesawat R80 tengah menghimpun suntikan dana dari investor.
B.J. Habibie sering menjadi pembicara di seantero Indonesia sebagai penggagas yang inspiratif. Habibie boleh jadi tinggal kenangan, namun inspirasinya tetap abadi. Selamat jalan Prof!
K for GAEKON