Gaekon.com – Pembahasan RUU HIP sukses bikin ribut publik. Meski masih sebatas usulan rancangan UU, tak ayal Pancasila versi baru yang diperas menjadi Trisila dan Ekasila memunculkan polemik dari segenap elemen bangsa.
Dalam RUU itu Pancasila dimampatkan jadi Trisila yang terdiri dari sosio-nasionalisme, sosio-demokrasi, serta ketuhanan yang berkebudayaan. Selanjutnya dimampatkan lagi jadi Ekasila yakni gotong royong.
Sejumlah pihak menilai rumusan baru itu pincang. Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas mengatakan, memeras Pancasila menjadi Trisila dan Ekasila merupakan sebuah bentuk pengkhianatan terhadap bangsa dan negara.
Saya sedikit maklum gimana perasaan MUI dan mungkin sebagian ormas Islam lain. Dalam rumusan baru itu peran agama begitu dikesampingkan. Kita tahu dalam Pancasila, ketuhanan yang maha esa jadi fundamen yang kuat.
Namun, coba tengok Trisila dan ekasila. Sudah ketuhanan tak jadi primer malah kini ditambahi dengan embel-embel ketuhanan yang berkebudayaan. Oh jadi Tuhan, agama itu identik dengan anti kebudayaan, ngunu ta?
Orang besar, orang pinter-pinter di pelosok negeri ramai-ramai menghujat RUU HIP karena alasan konstitusi. Atau alasan lain yakni DPR khususnya FPDIP membikin rumusan dasar negara secara sepihak.
Ini adalah blunder besar dalam membangun negara, kata para pembesar. Konstitusi seharusnya disepakati oleh seluruh pihak. Bukannya malah dikooptasi oleh para elit pemerintah. Singkatnya, Pancasila kini sudah dalam posisi captured by the state. Sudah jadi alat gebug pemerintah bagi siapa saja yang mereka nilai anti kepemerintahan. Silahkan kaum terpelajar membikin alasan penolakan sesuai ekspertasinya.
Tapi bagi saya, wong cilik ini, saya saran Kalau usul sesuatu yang keluar dari mulut kalian itu setidaknya adalah hal yang sudah kalian sendiri lakukan. Ketika yang bilang ekasila gotong royong itu kaum elit pemerintah saya kok kesal ya! Gak usahlah kalian itu bilang sesuatu yang akar rumput jauh lebih paham dari kalian.
Jareku, ojok sok ngajarin kami, rakyat kecil ini tentang gotong royong! Kon (pemerintah) ae gak tau gotong royong, kok atek ngatur-ngatur ekasila gotong royong.
Sebab rakyat sudah khatam betul bab gotong royong. Rakyat tiap seseorang ada hajatan, tetangga kiri kanan otomatis membantu tanpa diminta. Coba lihat acara tahlil, mantenan, kenduri, dan sebagiannya di desa atau di kampung-kampung Jawa. Malahan sampai pada level, yang tidak diajak rewang (gotong royong) malah yang mangkel. Padahal tuan rumah mungkin sudah dapat cukup bantuan dari keluarganya sendiri atau sengaja tidak mau terlalu merepotkan tetangga.
Mau lebih ekstrim soal gotong royong? Saya ambil contoh lagi. Ada tradisi memindahkan rumah di suku Bugis atau di kenal dengan tradisi Mappalette Bola. Berduyun-duyun puluhan hingga ratusan orang bergotong royong mengangkut rumah untuk dipindahkan di lokasi yang baru. Rumah suku Bugis memang didesain bisa dibongkar pasang dan bisa dipindahkan. Tiap sudut diangkut oleh tangan rakyat yang gotong royong membantu pemilik rumah.
Gotong royong sudah mendarah daging di masyarakat Indonesia. Rakyat adalah pelaku gotong royong sesungguhnya. Mau hajatan, bikin rumah, pindah rumah, nandur sawah, panen padi, dan sebagainya rakyat sudah terbiasa betul bergotong royong. Anehnya mereka selama ini sebagai pelaku, ndak pernah itu ngeklaim diri sebagai pihak yang paling bergotong royong!
Rakyat sudah tingkat profesor kok tiba-tiba ada anak TK yang sok keminter mau ngajarin gotong royong. Pemerintah dan para elit kekuasaan kan selama adalah presiden dimana gotong royong tidak berlaku antar sesama mereka.
Pernah ada antar kubu, antar parpol, antar penguasa yang bareng-bareng, sama-sama meneruskan program kerja? Yang ada malah begitu ganti presiden ganti pula paket kebijakannya toh?
Setelah pemilu kalian menangkan, kalian tak punya jiwa gotong royong toh? Kalian pasang sendiri orang-orang kalian buat duduk manis di pos-pos jabatan strategis hingga rangkap jabatan jadi hal yang lumrah bagi kalian.
Ada pemimpin yang gotong royong meneruskan program? Adakah Mendikbud baru yang mau meneruskan program menteri sebelumnya? Atau, antar sesama orang ndukuran yang pakar di bidang tertentu rembug merumuskan dan melaksanakan program jangka panjang yang memakmurkan rakyat?
Big No! Kenyataannya, pemerintah dan para elit kekuasaan selama ini tidak pernah memberikan teladan kepada kami apa itu yang namanya gotong royong.
Jadi, saya mohon atas nama rakyat Indonesia, jangan sekali-kali mengkoar-koarkan sesuatu yang tak kalian sendiri lakukan. Wong kalian sendiri malah ngasih teladan nggak gotong royong kok ngongkoni awak dewe! Cek gak sopane Kon iku!
K For GAEKON