Gangguan belajar atau kesulitan belajar pada anak masih menjadi polemik. Anak yang mengalami kesulitan belajar umumnya adalah anak-anak yang memiliki kecerdasan tergolong rata-rata atau bahkan superior. Namun mereka mengalami hambatan atau gangguan memproses informasi sehingga pencapaian akademisnya tidak sesuai dengan potensi yang dimiliki (di bawah rata-rata).
Seperti yang sudah dibahas oleh tim Gaekon sebelumnya, karakteristik atau ciri – ciri anak yang mengalami gangguan ini adalah memiliki potensi atau fungsi kecerdasan minimal pada tingkat rata – rata. Hal ini dibuktikan melalui tes intelegensi (skor IQ).
Selain itu ciri khas anak dengan gangguan belajar juga memiliki prestasi akademis yang jelek dan tidak sesuai dengan hasil tes intelegensi, usia, dan tingkat pendidikannya walau sudah mendapat pembelajaran yang optimal.
Ciri lainnya yaitu, anak ini mengalami kesulitan dalam memproses informasi, seperti membedakan bentuk yang mirip, menirukan gerakan, membedakan kanan dan kiri, serta berbagai kesulitan lainnya.
Beberapa jenis gangguan belajar pada anak :
- Gangguan Belajar dalam Kemampuan Membaca (Disleksia)
Berdasarkan pantauan Gaekon dari Healthy Children, sebuah studi menunjukkan bahwa gangguan kemampuan membaca adalah salah satu gangguan belajar yang paling umum dimiliki anak.
Setidaknya 80 persen dari mereka didiagnosis mengalami gangguan belajar dalam kemampuan membaca. Anak yang memiliki masalah dengan kemampuan membaca bisa membayangkan huruf, tetapi kesulitan dalam menggabungkan kata dengan suara berbeda.
Sebagian besar gangguan belajar dalam hal membaca berhubungan dengan kesulitan dalam mengenali kata dasar dan memahami buku bacaan. Ketidakmampuan membaca juga berhubungan dengan kemampuan berpikir anak dalam memahami sesuatu. Bila saat kecil anak mengalami gangguan membaca, ketika dewasa masalah ini tetap masih ada sekitar 40 persen dalam diri.
Gangguan belajar dalam hal kemampuan membaca tidak bisa dideteksi dengan tes neurologis, seperti tes gelombang otak. Melainkan diidentifikasi dari tingkat membaca dibandingkan dengan teman seusianya. Untuk mendeteksinya, dibutuhkan kerjasama antara pihak sekolah, agar terapi yang dilakukan sesuai dengan inti masalah anak.
Disleksia merupakan salah satu bentuk gangguan belajar dalam hal kemampuan membaca. Disleksia adalah kesulitan belajar pada anak yang menyebabkan mereka susah untuk menulis, membaca, dan mengeja.
Beberapa gejala umum yang dialami oleh anak yang memiliki disleksia adalah susah untuk memproses serta mengingat hal-hal baru, sulit untuk melafalkan kata-kata baru, termasuk mempelajari bahasa asing
- Gangguan Belajar dalam Kemampuan Menulis (Dysgraphia)
Gangguan kemampuan menulis hampir sama dengan membaca. Hal yang membedakan, anak kesulitan menyusun kalimat, mengatur paragraf, menggunakan tata bahasa, tanda baca, dan ejaan yang benar dalam bentuk tulisan.
Apabila anak memiliki masalah lisan atau pengucapan, kemungkinan besar bisa mengalami masalah dalam kemampuan menulis dan matematika atau menghitung.
Gangguan ini berhubungan dengan ADHD atau gangguan perilaku yang terjadi pada anak. Mereka juga mengalami kesulitan dalam membuat tulisan yang baik dan benar. Terkadang tulisannya tidak dapat dibaca karena kurang jelas dan membuat anak mengalami gangguan belajar.
Dysgraphia, diketahui sebagai kesulitan untuk menulis. Seorang anak yang mengalami hal ini, bahkan akan susah memegang pensil atau pulpen untuk menulis yang berpengaruh pada gangguan belajar.
Tanda lain yang terlihat dari gangguan belajar dalam kemampuan menulis yaitu, anak menunjukkan ketidaksukaannya terhadap kegiatan menggambar atau menulis, menyebutkan atau mengatakan kata yang sangat keras ketika menulis, serta sulit untuk menulis kalimat dalam bentuk yang baik dan benar.
- Gangguan Belajar dalam Kemampuan Berhitung (Diskalkulia)
Gangguan belajar dalam hal menghitung ditandai dengan anak sering membuat kesalahan untuk matematika dasar. Sebagai contoh, anak kesulitan saat mengerjakan kolom yang tidak sejajar untuk penambahan atau pembagian. Kesulitan untuk menghitung pertambahan atau pengurangan sederhana dan mengingat angka.
Dalam istilah medis, gangguan menghitung disebut dengan Diskalkulia. Diskalkulia adalah ketidakmampuan seorang anak dalam hal menghitung. Tanda diskalkulia akan berbeda-beda pada setiap orang, tetapi sebagian besar anak yang diskalkulia tidak dapat mengenali angka.
Ketika tumbuh dewasa, mereka akan susah untuk melakukan perhitungan yang sederhana bahkan susah untuk mengingat angka, sehingga anak mengalami gangguan belajar.
- Gangguan Belajar dalam Kemampuan Motorik
Gangguan keterampilan motorik didiagnosis ketika anak mengalami masalah keterampilan motorik secara signifikan, sampai mengganggu kegiatan sehari-hari. Tidak seperti gangguan membaca, menulis, dan menghitung yang sering menjadi fokus orang tua, gangguan keterampilan motorik sering diabaikan karena dianggap tidak memiliki pengaruh besar dalam gangguan belajar.
Gangguan keterampilan motorik ditandai dengan koordinasi antar anggota tubuh tidak berjalan dengan baik. Di usia remaja, anak dengan gangguan ini tidak mahir dalam mata pelajaran olahraga.
Salah satu gangguan motorik yang sering dijumpai yaitu dyspraxia. Dyspraxia adalah gangguan yang terjadi pada koordinasi motorik anak, seperti koordinasi gerakan tangan atau kaki.
Beberapa gejala yang mungkin terjadi yaitu anak menjadi sensitif terhadap cahaya, rasa, atau bau, sulit untuk menggerakkan berbagai indera tubuhnya, mempunyai kemampuan keseimbangan yang kurang baik. Hal ini salah satu yang dapat mempengaruhi gangguan belajar pada anak.
Dilansir dari Healthy Children ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi agar kemampuan belajar anak menjadi lebih baik. Berikut hal – hal yang dapat dilakukan untuk membantu gangguan belajar anak :
- Fokus pada kemampuan anak
- Pilih terapi sesuai ketidakmampuan anak
- Hindari mengucapkan kata “malas” dan “bodoh” pada anak
- Menjalani terapi
- Menggunakan obat sesuai rekomendasi dokter
- Mengubah kebiasaan
Itulah beberapa jenis gangguan belajar dan cara mengatasinya. Orang tua harus mampu mengenali jenis – jenis tersebut apakah terjadi pada anaknya atau tidak. Apabila gejala tersebut terlihat pada anak, segera konsultasikan ke dokter maupun psikolog agar dapat segera di atasi.
KL For GAEKON