Gaekon.com – Andai saya orangnya dangkal, cethek, ciut dan cekak. Mungkin saya akan nyalah-nyalahin itu pihak-pihak pelangggar aturan selama PSBB. Saya akan sumpahin itu Kepala BPIP dan Ketua MPR yang malah bikin konser tanpa mengindahkan prinsip physical distancyuk.
Saya juga akan nyalahkan anak-anak gabut yang nongkrong di warung. Atau mereka yang terjebak kenangan dengan berkerumun saat McD Sarinah tutup sementara. Atau soal Bandara yang ramai dan mudik los wae. Atau pusat perbelanjaan yang rame jelang lebaran tiba.
Namun blas wes gak onok urusan aku. Kalian begitu ya terserah monggo sedoyo. Sing penting saya tidak ikut melanggar PSBB titik. Daripada capek nyalah-nyalahin orang lain. Lebih pantes, saya nyalah-nyalahin diri saya sendiri. Itung-itung sebagai pengakuan dosa saya.
Saya pribadi, sampai minggu kedua ada imbauan untuk cuci tangan dan pakai masker, hal itu tidak saya taati. BTW, Ngaku dosanya disitu saja deh saya. Kalau harus WFH pol-polan ya saya nggak bisa. Saya harus masuk kerja sedang pemerintah juga adem ayem tidak ngasih solusi ke saya supaya keluarga saya tetep bisa makan. Sami mawon mas, nuntut tok tapi gak ngasih solusi itu Saquite.
Serius! saya kalau berangkat kerja di tengah pandemi corona, pada awalnya tidak pakai masker. Apalagi cuci tangan, wegah seru rasane. Di fase ini saya rasa sedang dalam tahap ketidaksadaran akan Covid-19.
Ngapain repot-repot pakai masker dan cuci tangan. Ngapain takut sama corona wong ya detik nanti kalau ditakdirkan mati ya mati juga. Nggak usah lebay lah. Pada mulanya saya bermindset super ngawur seperti itu.
Namun setelah angka kematian perlahan bertambah makin banyak. Terlebih istri saya menyadarkan saya dengan kalimat yang sepele tapi begitu penting. Saya jadi sadar juga.
Saya sampai ingat redaksinya begini. “Corona itu bukan tentang kamu dan dirimu sendiri. Tapi yang utama itu orang lain yang kamu tulari,” seperti itu istri saya ndawuh ke saya, suami yang bebal ini. Betul juga kalau saya tiba-tiba kena corona lalu menulari anak, istri dan orang tua saya, apa ndak namanya dosa jariyah itu?
Besoknya saya pakai masker dan cuci tangan dengan rajin. Nah sampai disini saya kenali ini sebagai fase tercerahkan.
Menurut saya selain kebijakan yang tidak tegas, PR besarnya adalah kesadaran terhadap virus corona. Pelanggar-pelanggar PSBB itu (termasuk saya) adalah orang yang dalam fase tidak sadar.
Sekarang saya lagi mikir menjawab pertanyaan ini. Kenapa kok mereka tidak sadar? Lalu tugas siapa menyadarakan? bagaimana cara menyadarkan? kapan waktu menyadarkannya?
Jawaban yakinnya belum dapet. Tapi saya yakin pemerintah pun gagap kalau disuruh jawab pertanyaan itu.
#suaragaekoners
K For GAEKON