Gaekon.com – Wong-wong iki gak paham arti Cinta ta? Sebuah video komunitas sepeda lipat mewah yang memasuki sebuah kafe menjadi viral. Tak tanggung-tanggung mereka masuk ke kafe beserta sepedanya dan bahkan ada yang dinaiki dengan lampu masih menyala.
Video tersebut diunggah di akun media sosial twitter @aik_deathripper. Dalam video berdurasi 0,27 detik menunjukkan gambar yang mengejutkan. Sejumlah orang masih lengkap dengan mengenakan helm dan lampu sepeda yang masih menyala masuk ke dalam sebuah kafé di Kota Semarang. Video itu lalu viral dan dibanjiri kecaman warganet.
Sek talah. Ojok gampang nesuan poo. Lihatlah peristiwa itu dengan penghayatan bagaimana cinta bekerja. Cinta itu punya hukum rasa ingin memiliki, ingin terus bersama, dan takut kehilangan. Termasuk di dalamnya cinta akan dunia, harta dan benda.
Sepeda mewah yang sengaja dibawa masuk pemiliknya untuk menemani mereka makan itu adalah bentuk cinta Rek. Cinta Yo ngunu iku. Sepeda Brompton itu sangat berharga bro, sehingga pemiliknya takut kehilangan. Persis seperti rasa takutmu kehilangan pacar.
Kon lak yo podo ae seh. Saking sayangnya Kon ke pacar, Kon ajak doi makan di kafe. Kamu makan sendirian nggak enak, terus akhire ngajak pacarmu-anak kos-kosan sing duwit kiriman wongtuoe gurung cair. Ngunu iku lak gak masalah seh?
Itu contoh bagaimana cinta bekerja. Bahkan anak saya yang masih umur dua tahun-tanpa pernah ada yang mengajari, dia cinta betul mainan Ultraman-nya sampai diajak makan, tidur hingga mandi.
Apa saya sebagai bapak marah-marah? Tidak sama sekali. Dengan artian, batas perilaku itu tak membuat saya dan ibunya merasa terganggu. Malah justru terhibur. Sambil senyum-senyum saya bicara dalam hati. Ealah, pancene menungso iku gak usah diajari, yo wes duwe bakat kepincrut karo dunyo.
Kalau domainnya sebatas masalah personal seperti itu ya monggo mawon. Misal komunitas tadi sudah ijin ke manajemen kafe untuk bikin acara komunitas dengan membawa masuk sepedanya. Kalau pihak kafe mengijinkan yo nggak jadi soal toh?
Tapi, hal itu bila anda masuk ke kafe dengan membawa sepeda secara baik-baik. Ya Kalau itu sepeda lipat kan bisa dilipat dulu. Itung-itung supaya pengunjung lain tahu bagaimana lipatan sepeda mahal.
Atau kalau tidak dilipat, ya turun dulu. Sepeda dituntun dengan santun. Tebar pesona ke pengunjung lain yang lagi makan. Bisa menyapa atau sekedar lempar senyum manis. Siapa tahu ada yang kesemsem lalu jodoh. Hehe.
Sayangnya, yang jadi soal dalam video itu ketika salah seorang dengan enaknya masuk kafe sambil tetap mengayuh sepeda. Disitulah pemantik apinya. Ingat ya, ngayuh sepeda di depan orang yang lagi duduk itu tidak sopan berdasarkan kesepakatan tak tertulis di masyarakat.
Budaya seperti itu mengingatkan saya bagaimana orang desa, orang kampung beretika. Bila ada hajatan warga di depan rumah dengan jalan kampung yang dibiarkan dibuka supaya pengguna jalan bisa lewat, itu adalah momen yang pas untuk merespon video heboh tadi.
Siapa saja pesepeda atau pemotor yang lewat tanpa turun-meskipun itu pelan, pasti warga auto ngedumel. Anake sopo iku? Gak sopan blas.
Sementara pengguna jalan yang arif memilih turun dari motor, mematikan mesin lalu menuntunnya. Hal demikian juga saya lakukan. Bila ada tahlilan, syukuran, orang meninggal, dan ada banyak orang duduk berkerumun dalam acara itu, saya pasti turun dan menuntun motor. Bukan masalah hormat-menghormati. Menurutku itu demi menjaga keseimbangan dan ketenangan sosial saja.
Terakhir, saya berharap semoga pesepeda tersebut bukan orang Indonesia, yang paham dengan hukum turun dari sepeda adalah bentuk etika dan kesopanan. Mungkinkah dia berasal dari Artik atau Antartika.
K For GAEKON