Tupperware merupakan salah satu brand produk plastik untuk keperluan rumah tangga yang telah berjalan selama 77 tahun. Produk-produknya merupakan favorit para ibu-ibu di Indonesia. Namun saat ini, Tupperware sedang diuji dengan tuntutan zaman. Mereka dituntut untuk menarik pelanggan yang lebih muda dengan meluncurkan produk baru yang lebih trendi.
Alasan Tupperware Terancam Bangkrut
Perusahaan multinasional Tupperware terancam bangkrut dikarenakan kondisi keuangan perusahaan yang memburuk. Hal ini diakibatkan penjualan yang menurun dan saham perusahaan yang turun hingga 90 persen dalam satu tahun terakhir. The Guardian pada Kamis, 13 April 2023 menulis bahwa Tupperware mengatakan ia tidak akan memiliki cukup uang tunai untuk mendanai operasinya kecuali memperoleh dana tambahan dalam beberapa hari mendatang.
Manajemen perusahaan memperkirakan bahwa perusahaan mungkin tidak memiliki likuiditas yang memadai dalam waktu dekat. Maka itu, disimpulkan bahwa ada keraguan substansial tentang kemampuan Tupperware untuk melangsungkan usahanya. Kejadian ini adalah kedua kalinya dalam waktu kurang dari enam bulan Tupperware mengeluarkan peringatan “going concern”.
Bursa saham New York mengatakan bahwa Tupperware dalam bahaya dihapuskan dari pasar saham karena terlambat mengajukan laporan tahunan. Perusahaan mengatakan bahwa mereka berharap untuk mengajukan laporan dalam 30 hari ke depan, tetapi mereka berkata “tidak ada jaminan” itu “akan diajukan pada saat itu”.
Pergerakan Saham Tupperware
Saham Tupperware Brands Corp (TUP.N) sempat turun pada Senin, 10 April 2023 hingga 50 persen ke level terendah dalam hampir 3 tahun terakhir. Harganya menjadi US$ 1,21 (sekitar Rp18.009). Saham Tupperware akhirnya merosot hingga 48 persen pada akhir perdagangan dengan nilai pasar sekitar US$ 55 juta (sekitar Rp818,6 miliar). Sehari kemudian, pada Selasa, 11 April 2023 saham terpantau naik menjadi US$ 1,32 (sekitar Rp19.646). Namun itu masih jauh dari level tertinggi yang sempat dicatat pada tahun 2021 lalu di level US$ 38,57 (sekitar Rp574.075) per saham.
Bagaimana Cara Agar Tupperware Dapat Bertahan?
Tupperware pun mau tak mau perlu dana tambahan agar bisa bertahan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk bertahan adalah dengan pemangkasan jumlah karyawan (PHK). CEO Tupperware, Miguel Fernandez mengatakan selain akan memangkas karyawan, ia juga sedang meninjau portofolio real estatnya sebagai upaya penghematan uang yang lebih potensial.
Pendapat Analis
Analis ritel sekaligus Direktur Pelaksana GlobalData Retail, Neil Saunders mengatakan ada beberapa masalah yang belakangan merugikan Tupperware. Masalah itu diantaranya adalah penurunan jumlah penjualan, penurunan konsumen pada produk rumah tangga, dan merek yang masih belum sepenuhnya terhubung dengan konsumen muda. Tupperware pun sekarang sedang ada dalam posisi genting secara finansial karena sedang berjuang meningkatkan penjualan. Aset perusahaan juga tergolong kecil sehingga perusahaan tidak memiliki banyak kapasitas untuk mengumpulkan uang.
Tanggapan Tupperware Indonesia
Frangky Purnomo Angelo, Marketing Director Tupperware Indonesia mengatakan bahwa berita yang beredar dari analis bukan pernyataan resmi dari Tupperware US. Inc. Ia mengakui bahwa perusahaan di AS terlambat mengisi form khusus. Mereka terlambat karena sedang dikerjakan oleh internal finance dan external advisor untuk memastikan tidak ada data yang salah. Hal ini membuat submission terlambat dan menimbulkan berbagai spekulasi. Frangky juga mengatakan bahwa bisnis Tupperware Indonesia tidak ada yang terganggu. Suplai tetap lancar, inovasi sesuai rencana, distribusi barang tidak terganggu hingga saat ini, dan program juga akan tetap berjalan.
Berdasarkan keterangan Tupperware Indonesia, Tupperware masih baik-baik saja dan Gaekoners masih dapat menikmati inovasinya. Punya pengalaman unik apa nih Gaekoners bersama Tupperware? Pernah dimarahin ibu nggak, karena Tupperware-nya hilang?
FT for GAEKON