Gaekon.com- Ternyata terdapat sebuah desa kecil yang berada di kaki pegunungan Himalaya yang dikabarkan selama ratusan tahun telah menanam ganja sebagai sumber pemasukan utama. Desa Malana namanya. Mungkin terdengar asing ditelinga jika kita mendengar nama tersebut. Desa kecil tersebut telah melegenda di kalangan penggemar mariyuana atau ganja.
Menurut ceritanya, desa yang berada di wilayah Himachal Pradesh, India Utara ini menjadi ladang pertaruhan untuk Pemerintah India yang tengah berperang melawan charas, getah ganja berwarna hitam yang membuat nama Malana mendunia. Selain itu, pemerintah India telah melarang adanya peredaran ganja sejak tahun 1985. Di India, misalnya seperti ini, jika memiliki satu kilogram charas, akan dihukum setidaknya 10 tahun penjara. Sebelumnya, pada masa kolonialisme Inggris penjualan charas dan opium ini dilegalkan.
Charas merupakan bagian tak terpisahkan dari budaya dan ritual kaum Saiwa, komunitas agama terbesar kedua di India. Penduduk setempat menanam ganja selama ratusan tahun. Bagi warga didaerah Desa Malana, tanaman mariyuana yang telah ditanam sejak ratusan tahun itu adalah bagian dari tradisi. Satu-satunya produk agrikultur yang dapat mereka tanam di lahan tandus di daerah Pegunungan Himalaya dengan cuaca yang ekstrem adalah ganja.
Agar tidak diketahui masyarakat luas, pemerintah setempat menghimbau agar warganya memindahkan lahan ganjanya ke tempat yang lebih terpencil. Bahkan para politisi lokal mendesak pemerintah pusat untuk melakukan upaya pendekatan lain dengan cara menyediakan lapangan kerja yang lebih baik untuk warga setempat. Walaupun upaya pemerintah dalam menekan gerak warga disekitar, bisnis ganja di Malana tak kunjung surut.
Apalagi informasi bahwa getah ganja yang dihasil memiliki kualitas terbaik didunia, membuat banyak turis lokal dan asing yang datang ke desa ini. Bahkan para pengunjung juga tidak ketinggalan membeli produknya yang terpopuler, yakni malana cream, yaitu minyak getah ganja yang dibuat dari bibit unggulan. Larisnya permintaan ganja dari konsumen akhirnya mengubah kehidupan desa setempat. Pada tahun 2016, Semakin banyak turis lokal dan asing yang datang ke desa ini untuk menjajal getah ganja yang tergolong berkualitas paling baik di dunia. Apalagi dengan kondisi geografis pegunungan, diyakini jumlahnya lebih tinggi dari yang diperkirakan.
Selain itu, Desa Malana juga memiliki tradisi yang kental dan harus dipatuhi oleh wisatawan. Tradisi tersebut diantaranya tidak boleh bersentuhan dengan penduduk dan tidak boleh menyentuh barang pribadi mereka tanpa izin. Bahkan karena taatnya dengan tradisi tersebut, para penjaga toko akan meminta pembeli meletakkan uang dan barang-barang di meja konter, sehingga tak ada kontak fisik. Meski begitu warga setempat dikenal dengan memiliki sikap yang ramah. Jika mereka terkena kontak fisik, maka mereka harus mandi.
Tradisi tersebut rupanya ada maknanya. Para penduduk setempat menganggap diri mereka adalah keturunan Aleksander Agung, Raja Kekaisaran Makedonia. Karena itulah yang membuat penduduk merasa derajat yang dimiliki lebih tinggi dari masyarakat diluar Malana. Untuk bahasa sehari-hari penduduk disana menggunakan bahasa Kanashi. Uniknya, turis dan wisatawan dilarang menggunakan atau mempelajari Kanashi, hal itu disebabkan karena bahasa tersebut dianggap sakral bagi penduduk sekitar.
Z For GAEKON