Nabi Nggak Maksa Kita Berbuka Dengan Kurma, Kenapa Kita Repot?

0
Nabi Nggak Maksa Kita Berbuka Dengan Kurma, Kenapa Kita Repot?

Gaekon.com – Saya termasuk orang yang merasa kebiasaan kebanyakan muslim di Indonesia yang memakan kurma pada saat berbuka adalah hal yang tak lepas dari kritik. Saya yakin kalau teladan serba agung kita Nabi Muhammad SAW tidak akan pernah maksa-maksa orang. Apalagi untuk sekedar makan buah kurma pada saat waktu berbuka tiba.

Memang benar kebiasaan itu jadi sunah, terlebih ada riwayat hadis yang menyebutkannya. “Dari Anas bin Malik, ia berkata : Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berbuka puasa sebelum shalat dengan ruthab (kurma basah), jika tidak ada ruthab, maka beliau berbuka dengan tamr (kurma kering), dan jika tidak ada tamr, beliau meminum seteguk air“.

Kalau para ulama meresponnya dengan membuat kesimpulan supaya kita mencontoh nabi untuk segera berbuka ketika adzan magrib tiba, saya sangat setuju. Tapi kalau ada yang bilang, itu adalah tanda bahwa kita harus menyontoh nabi berbuka dengan kurma basah, Bukankah itu sungguh hal merepotkan sekali?

Mencari kurma basah itu susah bukan? Atau bisa jadi sangat susah bagi kalangan ekonomi bawah. Sebab harga kurma basah itu sama dengan harga beberapa kali makan pokok mereka. Membelinya juga tidak sembarang beli. Harus beli di tempat khusus seperti ya kalau di Surabaya di Ampel sana, atau toko yang menjual perlengkapan haji umroh.

Kalau kurma kering sih agak gampang didapat. Harganya juga murah. Tapi yang mau saya soroti adalah apa benar nabi memerintahkan umat islam makan kurma? Sebab hal itu adalah sunah yang sifatnya budaya. Berhubung Kanjeng Nabi adalah orang timur tengah, makannya ya buah yang ada disana misalnya kurma.

Terlebih sabda itu disusul dengan penegasan, dan jika tidak ada kurma kering Beliau minum seteguk air. Jadi esensi dari hadis itu, menurut saya yang awam seawam-awamnya ini lo ya, adalah makan sesuatu yang asalnya dari Tuhan langsung, asalkan mudah didapat dan rasanya manis.

Kanjeng Nabi memilih kurma karena sesuai dengan kriteria tadi. Bukan lantas kalau Kanjeng Nabi menyebut kurma lantas kita formulakan, kita formal-formalkan agar kita memakannya. Lebih jauh kalau pohon kurma hanya bisa tumbuh di tanah beriklim kontinental macam timur tengah, apa iya kita rela jadi negara importir kurma terus-menerus. Kok saya rasa Nabi sangat menjauhi penumpukan kekayaan dan monopoli perdagangan macam begitu.

Jadi, kapankah kita akan berbuka dengan buah sawo atau buah nusantara lain yang rasanya manis dan mudah didapat? Sambil hati mantab bilang, ini sunah rosul.

#suaragaekoners

 

K For GAEKON